Di Tengah Pandemi, Perusahaan Tetap Adaptasi untuk Perubahan
Didorong oleh inovasi digital dan inisiatif diferensiasi, tingkat permintaan pengembangan aplikasi tetap tinggi seperti yang tercatat di tahun 2019. Terfokus pada organisasi/korporasi skala besar yang memiliki karyawan 500 orang atau lebih.
Laporan terbaru OutSystems, The Speed of Change: How Fast Are You? secara global menemukan lebih dari 65 persen korporasi yang memiliki 10 aplikasi atau lebih rencananya akan diluncurkan pada 2020, dan sebanyak 39 persen organisasi yang memiliki 25 aplikasi atau lebih untuk dijadwalkan selesai di tahun ini.
Dalam laporan tahunan (yang ke-7) ini, OutSystems membahas tentang kemampuan korporasi dalam beradaptasi menghadapi perubahan, yang merupakan hasil analisis atas State of Application Development Survey di bulan Februari dan Maret 2020 terhadap 2.200 pekerja TI profesional dan pemimpin senior bidang TI.
Laporan ini memberikan wawasan mengenai korporasi mana yang paling cepat beradaptasi dengan perubahan seiring dengan perkembangan era digitalisasi.
Krisis akibat pandemi dan dampak dari lockdown menimbulkan guncangan besar bagi ekonomi dan masyarakat global sehari-hari. Masa depan organisasi pada saat ini berada pada kemampuan mereka beradaptasi.
Pasalnya, perubahan sedang terjadi di setiap jenis korporasi dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Korporasi TI di Asia Tenggara diketahui memiliki ambisi yang lebih besar, 41 persen responden memiliki 25 aplikasi atau lebih yang dijadwalkan untuk diluncurkan di tahun 2020.
Sebanyak20 persen dari responden lain mengatakan bahwa mereka berencana untuk menyelesaikan 100 aplikasi atau lebih selama tahun 2020.
Teknologi dan pendekatan yang modern adalah kuncinya. Cara yang digunakan baik oleh perusahaan teknologi skala besar maupun pemula ini menjadi ancaman bagi perusahaan tradisional yang yang telah lama berdiri tapi tidak terlalu gesit terhadap perubahan.
Saat ini, perusahaan-perusahaan teknologi ini mampu mengejar ketertinggalan dan melampaui perusahaan tradisional hanya dengan beberapa perubahan sederhana.
“Jadi, pertanyaan untuk perusahaan dan organisasi TI adalah – seberapa tangkasnya organisasi anda? Dan apakah metode yang Anda gunakan untuk mengembangkan aplikasi sesuai dengan pergerakan era digitalisasi atau Digital Urgency?” ujar Mark Weaser, Vice President APAC, OutSystems.
Tantangan dalam mengembangkan dan meluncurkan aplikasi memunculkan pertanyaan penting: seberapa banyak waktu yang dapat dihemat oleh tim pengembang dan peluncuran aplikasi dengan menggunakan aplikasi low-code?
Pengembangan dan peluncuran satu aplikasi yang dapat memakan waktu 3-6 bulan akan tampak sangat lama di era Covid-19 ini. “Setiap organisasi TI harus lebih memperhatikan bagaimana cara mengurangi waktu pengembangan untuk menyesuaikan korporasi dengan perkembangan zaman yang laju dan kebutuhan akan pemecahan masalah yang ada saat ini,” tambah Mark.
Laporan ini juga menunjukan bahwa para pemimpin yang memiliki keahlian dalam kecepatan dan kelincahan adalah motor utama pada teknologi yang mempercepat proses pengembangan dan peluncuran aplikasi.
Organisasi TI di perusahaan Asia Tenggara dapat mengevaluasi teknologi ini berdasarkan kebutuhan pengembangan aplikasi mereka seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) di chatbots, aplikasi seluler, bantuan suara, dan menentukan mana yang mungkin untuk lebih cepat dikembangkan. Pengembangan low-code, wadah, dan layanan mikro telah memungkinkan organisasi TI meraih keberhasilan.
“Laporan kami berisi tentang bagaimana cara untuk bisa menjadi pemimpin tangkas yang memiliki kemampuan beradaptasi dan hal-hal yang dapat dilakukan organisasi untuk mencapai hal tersebut. Meskipun saat ini anda berada di tengah proses pengembangan atau masih di tahap awal, Anda memiliki pilihan untuk tidak hanya bergabung dalam kompetisi ini, namun untuk menjadi pemenang,” tutup Mark.