Joe Biden akan Berdampak Pada Industri Teknologi AS
Joe Biden bersiap untuk berpindah ke White House pada tanggal 20 Januari mendatang, dan industri teknologi global menghela nafas lega. Harapan pada periode pemerintahan Biden untuk mengurangi ketegangan dengan Tiongkok dan menghadirkan stabilitas bisnis lebih baik tergolong tinggi.
Mengutip Nikkei Asia, terdapat pertanyaan menggantung menyoal Biden, termasuk cara yang akan ditempuh Biden untuk mengendalikan Big Tech dan cakupan yang dimilikinya untuk mengimplementasikan kebijakannya jika partainya gagal memperoleh kendali dari Senat.
Salah satu harapan terbesar yang dimiliki industri teknologi untuk Biden adalah bahwa ia akan mengembalikan kondisi seperti sebelum regulasi yang diterapkan Donald Trump, atau setidaknya memperlambat pemisahan rantai pasokan AS dan Tiongkok.
Sejak Amerika Serikat menambahkan Huawei Technologies ke daftar hitam perdagangan pada tahun 2019 lalu, pemasok asal Amerika untuk raksasa teknologi asal Tiongkok ini mengalami kerugian hingga miliaran dolar. Pada tahun 2020 ini, administrasi Trump memperluas pembatasan kepada perusahaan asal Tiongkok lainnya, termasuk TikTok.
Hal ini dinilai mengancam kerugian lebih besar pada sektor teknologi Amerika, karena Silicon Valley khawatir ketegangan yang memburuk ini akan mendorong pemerintah pusat Tiongkok di Beijing untuk melakukan pembalasan dan lebih mempersulit bisnis lintas batas industri teknologi.
Partisipan dan ahli di industri teknologi menyebut Biden cenderung tidak mendorong pemisahan tersebut, dan justru akan membawa strategi lebih luas dalam hubungannya dengan Beijing. Orit Frenkel menyebut Biden akan melanjutkan sikap tegas yang diusung Trump kepada Tiongkok.
Namun, mantan negosiator perdagangan dengan U.S Trade Representative dan kini Executive Director grup advokasi berbasis di Washington ini juga menyebut bahwa Biden akan lebih strategis dalam pengambilan keputusan, dan mempertimbangkan hubungan secara lebih strategis yang diinginkan Amerika Serikat dengan Tiongkok.
Sebagai pengingat, pendekatan kepada Tiongkok yang dipilih Trump termasuk meningkatkan tarif pajak telah menyebabkan kerugian lebih buruk bagi perusahaan asal Amerika Serikat. Biden juga diperkirakan akan menghapus sejumlah kebijakan imigrasi terbaru yang mempersulit perusahaan teknologi raksasa untuk merekrut dan memboyong tenaga kerja asing ke Amerika Serikat.
Khususnya program visa kerja H-1B yang utamanya digunakan oleh perusahaan teknologi di Silicon Valley untuk memboyong imigran berkemampuan tinggi ke Amerika Serikat. Sebagian besar visa H-1B diberikan kepada warga India dan Tiongkok, namun pada bulan Juni lalu, Amerika Serikat menunda pemberian visa ini dan visa kerja lainnya.
Hal ini diikuti oleh perusahaan peraturan besar yang diumumkan pada bulan Oktober lalu, meningkatkan persyaratan untuk pendaftar H-1B. Pengacara imigrasi di firma hukum Hall Estill Diane Hernandez memperkirakan bahwa Biden tidak akan mempersulit perusahaan teknologi untuk merekrut bakat asing.
Hernandez juga memprediksi bahwa administrasi Biden akan melakukan sejumlah perubahan pada kebijakan imigrasi berbasis rekrutmen pekerjaan, termasuk program H-1B, dalam empat tahun mendatang.
Pergantian presiden juga memiliki implikasi besar untuk masing-masing perusahaan yang terjebak dalam tujuan kembar Trump untuk mengekang kebangkitan teknologi Tiongkok dan menata ulang manufaktur Amerika.