Fintech Dorong Percepatan Pemulihan Ekonomi Secara Digital
Teknologi finansial atau fintech baru dikenal masyarakat Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Namun, teknologi ini diperkirakan memiliki peran besar terkait percepatan pemulihan ekonomi.
Riset CEIC menyebut Indonesia menjadi negara terbesar kedua di Asia Tenggara dengan perputaran uang kartal dan giral senilai USD1,5 triliun (Rp21.425,7 triliun) pada tahun 2020 lalu, setelah Singapura senilai USD2,3 triliun (Rp32.852,8 triliun).
Perputaran uang ini dilakukan dengan berbagai bentuk transaksi antara lain bank tradisional, uang tunai, pemerintah, perusahaan fintech, e-money serta bank digital. Maraknya fintech saat ini dinilai Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira akan mengakibatkan peningkatan signifikan dari transaksi non tunai.
Salah satu pemain di industri fintech adalah OY! Indonesia yang terbentuk sejak tahun 2017. Perusahaan ini menyebut layanannya sebagai money movement yang memfasilitasi semua proses keuangan.
Proses tersebut dari kebutuhan sehari-hari individu hingga kebutuhan bisnis di antara beberapa institusi, termasuk berbagai bank komersial, bank digital, P2P Lending, e-money, dan perusahaan fintech lainnya.
Bantuan OY! Indonesia dalam menghadirkan layanan untuk transaksi tunai bukan tanpa alasan. Berdasarkan data yang dimiliki, sebanyak 85 persen transaksi di Indonesia masih melakukan transaksi secara tunai.
Karenanya, OY! Indonesia juga menghadirkan layanan untuk sistem offline untuk merangkul UMKM tersebut. Perusahaan teknologi yang telah memanfaatkan teknologi pengelolaan money movement di OY! Indonesia, salah satunya adalah KoinWorks.
Sebagai informasi, KoinWorks merupakan platform peer to peer (P2P) lending mendukung segmen pelaku usaha. Chief Marketing Officer KoinWorks Jonathan Bryan menyebut keberadaan OY! Indonesia sangat membantu dalam pengelolaan keuangan.
Sementara itu, Bhima menganggap keberadaan platform OY! Indonesia mampu memberikan efisiensi di industri fintech di tengah ramainya pelaku teknologi finansial. Dengan demikian, diperlukan kolaborasi antara perusahaan fintech untuk bertahan di industri massif ini.