Mempersiapkan Literasi Data Sejak Dini
Sejak Revolusi Industri pada abad 18, peradaban sudah melalui jalan panjang untuk memajukan teknologi dan selanjutnya, mengejar pencapaian digital.
Karena saat ini kita sedang berada di tengah-tengah Revolusi Industri ke-4, yang menjadi sorotan adalah bagaimana meningkatkan akses ke informasi dan data kepada kaum muda dan lanjut usia, seiring dengan bertambahnya akses Internet.
Sangat mudah melihat bagaimana peningkatan literasi data akan memberikan dampak positif, baik terhadap ekonomi maupun terhadap pengembangan manusia.
Di Indonesia, ada 370,1 juta orang yang memiliki koneksi mobile. Sementara pengguna Internet dengan berbagai platform, mencapai 73,7 persen dari total populasi atau sekitar 204,7 juta orang. Semakin banyak pelanggan memilih untuk memiliki beberapa kartu SIM, sehingga mendorong pertumbuhan langganan layanan seluler.
Akses ke data dan informasi lebih mudah dibandingkan sebelumnya, dengan smartphone sebagai gateway yang cepat ke Internet. Negara-negara di dunia juga ingin mengkapitalisasi pertumbuhan data ini, dengan satu peluang yaitu pengembangan smart city.
Menurut laporan McKinsey Global Institute, smart city bakal menciptakan 1,2 juta hingga 1,5 juta lapangan pekerjaan baru, mencegah emisi gas rumah kaca sebesar 260.000 hingga 270.000 kiloton dan membantu menghemat USD9 miliar hingga US$16 miliar biaya hidup di ASEAN.
Negara-negara anggota ASEAN saat ini bekerja sama di bawah ASEAN Smart Cities Network (ASCN) untuk mendorong pengembangan smart city dan berkelanjutan, serta mempromosikan peluang bisnis baru melalui inovasi teknologi.
Dengan PDB gabungan yang diperkirakan tumbuh rata-rata sebesar 5,2 persen pertahun dalam 10 tahun mendatang, ASEAN akan mendapatkan manfaat dari pengembangan smart city di seluruh negara, yang akan mendorong ekonomi yang lebih bersaing, meningkatkan kualitas hidup dan menjawab masalah di perkotaan dan sosial ekonomi lainnya yang tengah dihadapi saat ini.
Namun, sebelum smart city bisa berkembang, pekerja membutuhkan kemampuan untuk memahami informasi di seputar itu. Riset dari AlphaBeta bertajuk “Unlocking APAC’s Digital Potential: Changing Digital Skill Needs and Policy Approaches” menemukan bahwa rata-rata pekerja Indonesia perlu mengembangkan kecakapan-kecakapan digital mutakhir dalam lima tahun ke depan agar mampu selaras dengan dinamika perkembangan dan kebutuhan teknologi.
Salah satunya adalah skill data tingkat lanjut yang meliputi data mining, engineering, serta kemampuan menciptakan model data dan teknologi database dalam skala besar. Dengan demikian, kemampuan untuk memahami dan menggunakan data sangat penting.
Pandemi ini sudah menunjukkan bahwa bisnis yang paling tangguh adalah bisnis yang bisa dengan cepat berporos pada perubahan pasar. Seringkali bisnis ini bergantung pada insight yang diperoleh dari data yang tersedia untuk mengambil tindakan yang tepat.
Akses yang mudah terhadap data adalah kuncinya. Dengan akses yang lebih mudah dan mandiri ke dalam data, karyawan akan lebih baik memahami peran data dalam konteks kerja harian mereka dan akhirnya menjadi nyaman menggunakan data untuk memecahkan berbagai masalah.
Seiring waktu, karyawan bisa maju dalam membuat keputusan yang lebih baik dan didorong data, yang akan memberikan manfaat bagi bisnis perusahaan, seperti peningkatan efisiensi operasional, resiliensi, dan penghematan.
Merawat Literasi Data Generasi Mendatang
Di ekonomi digital saat ini, saat pekerjaan di masa depan terkait erat dengan data, mengembangkan literasi data pada anak sangat penting.
Mengenalkan anak ke data sejak awal melalui berbagai media seperti buku, video dan game yang membicarakan konsep seperti pengumpulan data dan visualisasi (dilihat dari kegiatan yang dibagikan oleh Little Miss Data) adalah sangat penting.
Di rumah, orang tua bisa berupaya lebih besar untuk mengekspos konsep data kepada anak. Orang tua mungkin melihat ini sebagai tugas yang menakutkan, namun dengan memecah gagasan mengenai data menjadi bagian-bagian sederhana dan bisa dicerna, anak-anak bisa dengan mudah memahami bahwa data pada dasarnya adalah membandingkan angka, memahaminya dan memberikan insight yang kuat.
Dengan bertambahnya permintaan akan keterampilan data di masa yang akan datang, mengeksplorasi dan mempelajari cara memanfaatkan data sejak dini akan memberikan manfaat bagi generasi muda.
Dengan memulai percakapan mengenai data sejak dini, anak bisa memahami pentingnya data dan bagaimana data secara positif memberikan dampak bagi kehidupan mereka. Selain itu, kehadiran media sosial di mana-mana membuat pemahaman akan data sangat penting bagi anak-anak kita.
Setelah mereka memahami bagaimana data bisa dimanfaatkan (atau disalahgunakan), mereka bisa diberikan keterampilan khusus untuk menangani masalah seperti jenis data yang dibagikan secara online dan bagaimana data mereka dikumpulkan, disimpan dan digunakan.
Membuat Data Jadi Menyenangkan Dimulai Dari Rumah
Dengan data boot camp dan permainan data yang jadi semakin lazim di Asia Tenggara akan semakin memudahkan anak-anak untuk membiasakan diri dengan data sejak dini. Membangun fondasi awal dengan tools, seperti permainan berhitung, secara signifikan membantu mereka untuk terbiasa dan menerima konsep data di kemudian hari.
Untuk anak-anak, membaca adalah cara termudah untuk memulai. Buku anak saat ini memiliki berbagai topik, mulai dari sejarah dunia, sastra modern, hingga fisika kuantum. Dengan ilustrasi menarik dan tersedia dalam berbagai level pemahaman, tujuannya adalah menjadikan membaca (dan belajar) menjadi lebih menarik dan memikat bagi generasi mendatang.
Tahun lalu, tim pengajar di ReadyAI untuk menulis buku anak perdana untuk anak usia 8-10 tahun. Berjudul A Fresh Squeeze of Data, buku ini bercerita mengenai tokoh Clara yang ingin membuka kios yang menjual limun dan bagaimana data membantunya memecahkan persoalan dan membuat keputusan yang lebih baik.
Dengan cerita tentang berjualan limun, konsep data dijelaskan dengan cara yang bisa dipahami oleh anak dan membantu menunjukkan cara-cara mudah dalam memecahkan masalah dengan data. Buku seperti ini membantu anak-anak memahami peran data dalam kehidupan sehari-hari dan menggunakannya.
Berapapun usia mereka, saya sangat yakin anak-anak kita memiliki hak untuk mendapatkan pengetahuan tentang AI, sehingga mereka dapat berkembang secara intelektual, emosional, dan moral bersama AI.