92% Masyarakat Indonesia Tertarik Pakai Jaringan 5G
Setelah kemunculan jaringan 4G pertama kali di Norwegia pada akhir tahun 2009, saat ini dunia, termasuk Indonesia telah memasuki era 5G. Teknologi 5G pertama kali hadir di Korea Selatan pada tahun 2019 dan diresmikan di Indonesia pada 27 Mei 2021.
Populix meluncurkan laporan survei berjudul “Mobile Phone Usage and 5G Network Projection”, membahas tentang penggunaan ponsel serta masa depan jaringan 5G di kalangan masyarakat Indonesia.
Survei dilakukan terhadap 1.000 responden laki-laki dan perempuan berusia 18-55 tahun pada tanggal 4-14 Juli 2022.
“Keunggulan tentunya membuat masyarakat Indonesia sangat antusias dengan kehadirannya, 92 persen masyarakat sudah memiliki rencana untuk upgrade ke jaringan 5G. Tingginya minat masyarakat ini mendorong operator seluler dan perusahaan ponsel untuk memberikan produk dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat ke depannya,” ujar Jonathan Benhi, Co-Founder dan CTO Populix.
Saat ini sebanyak 79 persen masyarakat Indonesia memiliki satu ponsel untuk mendukung aktivitas sehari-hari. Bahkan 21 persen masyarakat saat ini memiliki 2 hingga 3 ponsel untuk mendukung mobilitas mereka.
Dari segi sistem operasi, Android lebih mendominasi jenis ponsel orang Indonesia dibandingkan iOS. Adapun merek ponsel Android yang mendominasi pasar Indonesia adalah Samsung (25 persen), Xiaomi (23 persen), dan Oppo (14 persen).
Diikuti oleh iPhone dengan persentase sebanyak 14 persen. Hal yang menarik, Samsung berhasil menggeser posisi Xiaomi pada tahun ini, setelah laporan survei Populix sebelumnya pada Februari 2021 mengungkap bahwa Xiaomi menempati urutan pertama ponsel yang paling banyak digunakan, diikuti Samsung, Oppo, dan iPhone.
Sedangkan dari jenis penggunaan operator seluler, hampir 9 dari 10 orang yang disurvei memilih kartu prabayar dengan pengeluaran maksimal hingga Rp200.000 per bulannya. Adapun penggunaan pulsa tersebut 82 persen didominasi untuk penggunaan kuota internet, melakukan panggilan telepon (12 persen), dan SMS (6 persen).
Orang Indonesia juga semakin bergantung pada koneksi internet untuk berkomunikasi sehari-hari. Sebanyak 67 persen orang Indonesia terkoneksi dengan WiFi untuk mengakses internet, sementara 33 persen sisanya tersambung dengan kuota internet ponsel.
Sebagian besar mengakses internet selama 4-8 jam per hari dengan waktu paling banyak diakses adalah pukul 6 sore – 9 malam.
Hasil survei menunjukkan mayoritas orang Indonesia masih memilih Telkomsel (46 persen) sebagai operator seluler yang paling banyak digunakan diikuti dengan Indosat Ooredoo Hutchison (33 persen), XL Axiata (17 persen), dan Smartfren (4 persen).
Sebelumnya, survei pada September 2020 juga memperlihatkan bahwa Telkomsel menempati posisi pertama untuk provider yang banyak digunakan, diikuti oleh 3 (Tri), Indosat Ooredoo, dan XL. Hal ini menunjukkan bahwa Telkomsel berhasil mempertahankan posisinya sebagai operator seluler teratas hingga saat ini.
Selain itu, sebagai perusahaan telko pertama yang menggelar jaringan 5G, Telkomsel (81 persen) menjadi provider 5G yang paling dikenal di kalangan orang Indonesia. Diikuti oleh XL Axiata (31 persen), Indosat Ooredoo Hutchison (30 persen), dan Smartfren (10 persen).
Di tengah maraknya perkembangan jaringan 5G di Indonesia, 79 persen orang yang disurvei mengatakan bahwa mereka sudah mengetahui tentang jaringan 5G. Namun, 12 persen responden lainnya mengatakan ragu-ragu dan 9 persen mengatakan tidak mengetahui seputar jaringan generasi kelima ini.
Di kalangan orang-orang yang sudah mengetahui tentang 5G, koneksi internet yang cepat merupakan keunggulan 5G yang paling dikenal.
Kecepatan koneksi internet (94 persen) tersebut, ditambah dengan kapasitas internet yang lebih besar (43 persen), menjadi dua alasan utama yang mendorong 92 persen orang mempertimbangkan untuk berpindah menggunakan jaringan 5G di masa depan.
Bahkan untuk menggunakan jaringan 5G, masyarakat berencana membeli ponsel yang mendukung jaringan 5G seperti Samsung (59 persen), iPhone (41 persen), dan Oppo (22 persen).
Menariknya, di tengah antusiasme masyarakat mengenai jaringan 5G. Sebanyak 8 persen masyarakat mengatakan tidak mau menggunakan jaringan 5G dikarenakan akses internet yang masih terbatas (53 persen), biaya yang lebih mahal (39 persen), belum familiar dengan teknologinya (36 persen), dan khawatir dengan radiasi yang berbahaya bagi kesehatan (17 persen).
Untuk itu, pentingnya sinergi dari pemerintah, penyedia layanan, hingga lembaga-lembaga masyarakat untuk melakukan sosialisasi seputar jaringan 5G agar masyarakat teredukasi dengan baik.