Kebocoran Data Punya Dampak Luas untuk Berbagai Lapisan Masyarakat

Telah sejak beberapa tahun lalu, pemerintah Indonesia menggenjot pemanfaatan ranah digital di berbagai aspek, ditujukan tidak hanya untuk menghadirkan layanan lebih mudah bagi, tapi juga untuk mendorong perwujudan Indonesia sebagai negara ekonomi digital.

Menghadirkan sejumlah kemudahan, sayangnya pemanfaatan ranah digital ini juga diikuti dengan berbagai risiko baru yang sebelumnya tidak ada. BDO menyebut bahwa salah satu masalah paling mendasar yang saat ini dihadapi terkait pemanfaatan ranah digital, khususnya untuk transaksi adalah keamanan sistem informasi dan perlindungan terhadap data pribadi.

“Individu bisa dirugikan karena kebocoran data, contohnya data disalahgunakan ketika apply kredit atau tidak bisa mendaftar pelayanan publik karena data diindikasikan terkait dengan tindak penipuan,” ujar Cyber Security Director SecLab BDO Indonesia Harry Adinanta.

Tidak hanya untuk individu, dampak lebih besar juga dapat dirasakan perusahaan atau organisasi, yaitu berkurangnya tingkat kepercayaan pengguna dan masyarakat terhadap layanan yang mereka suguhkan.

Sementara itu, Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) yang belum lama ini disahkan pemerintah dinilai BDO menjadi salah satu langkah perbaikan awal yang baik sebagai aturan jelas guna memicu perusahaan dan organisasi yang memanfaatkan ranah digital kian menyeriusi perlindungan terhadap data pelanggan mereka.

Meskipun demikian, BDO menilai manfaat dari kehadiran UU PDP ini tidak akan langsung terlihat, dan Indonesia masih membutuhkan waktu hingga mencapai tingkat kematangan pertahanan siber.

Harry menilai perusahaan dan organisasi di Indonesia sudah cukup siap dalam memperkuat perlindungan terhadap data pribadi pelanggan mereka di bidang infrastruktur dan dana, namun permasalahan terkait hal ini terdapat pada kurangnya talenta dan tenaga ahli di bidang ini.

Upaya peningkatan talenta digital yang dilakukan pemerintah dalam kolaborasinya pihak lain dinilai masih belum cukup mengingat sebagian besar ditujukan untuk mendorong peningkatan talenta pengembang di Tanah Air.

Harry mengaku bidang keamanan siber kurang seksi bagi anak muda yang sebagian besar lebih cenderung memilih menjadi programmer. Selain itu, bidang ini belum banyak terekspos sehingga kurang mampu menarik minat anak muda untuk menggelutinya.

Inilah alasan BDO berkomitmen untuk mengembangkan talenta di bidang keamanan siber dan juga berkolaborasi dengan banyak pihak. Dalam membangun talenta tenaga ahli keamanan siber, SecLab BDO Indonesia melakukan pelatihan, seminar, dan juga program kolaborasi, seperti Wreck It, kompetisi hacking kasus keamanan nyata.

Kompetisi hasil kolaborasi BDO dengan BSSN ini ditujukan untuk mencari bakat baru dalam bidang keamanan digital.

Tidak hanya soal perlindungan terhadap data pribadi oleh perusahaan atau organisasi, Senior Cyber Security and Data Privacy Advisor BDO Keith Trippie menegaskan bahwa perlindungan data pribadi juga perlu dukungan dari masing-masing individu di berbagai lapisan masyarakat.

Sebab, dalam beberapa kasus, Trippie menyebut celah untuk kebocoran data pribadi ini justru disebabkan oleh kesalahan manusia, dengan berbagai motif, baik ketidaktahuan, lengah, atau motif terkait dengan kejahatan lain.

Trippie menjelaskan bahwa dampak kerugian akibat serangan siber global diperkirakan mencapai USD2 kuintiliun pada awal tahun 2022 lalu, meningkat jauh dari USD400 Miliar pada tahun 2015.

Sementara itu, kerugian dari ransomware diperkirakan akan mencapai USD265 Miliar pada tahun tahun 2031. Karenanya, Trippie menegaskan bahwa sudah saatnya perusahaan di Indonesia memperkokoh ketahanan siber pada tahun ini, dan mempersenjatai diri dengan framework keamanan siber jelas, agar tidak menjadi korban berikutnya.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.