Banyak Manula Masih Bekerja di Singapura
Akhir pekan lalu saya memutuskan untuk berlibur singkat selama tiga hari ke Singapura. Meskipun sebelumnya sudah beberapa kali mengunjungi Singapura, namun tetap saja selalu ada hal-hal yang menarik perhatian saya.
Salah satu hal menarik adalah begitu banyak warga Singapura yang sudah berusia lanjut masih bekerja. Tidak hanya berjualan makanan, pramusaji di restoran, petugas informasi di stasiun, saya melihat pula banyak warga manula tersebut menjadi petugas kebersihan di pusat perbelanjaan, bandara, kebun raya Singapura, hingga menjadi petugas keamanan.
Kalau di Indonesia, kebanyakan manula seusia mereka biasanya sudah menikmati masa pensiun ataupun menghabiskan waktu bersama keluarga, meski tidak sedikit pula yang masih harus mencari penghasilan.
Dilanda keingintahuan, ketika berkunjung ke kebun raya Singapura atau Singapore Botanic Gardens, saya bertanya kepada salah seorang nenek yang bekerja sebagai petugas kebersihan. Nenek itu sudah agak kesulitan dalam berjalan, sebelah kakinya agak diseret ketika berjalan.
Saya tanya mengapa beliau masih bekerja seperti itu di usianya yang sudah senja. “Saya tidak mau membebani keluarga saya,” kata sang nenek, yang tidak mau memberitahu namanya.
Lalu saya berpikir, apakah yang saya lihat dan dengar perkataan sang nenek itu merupakan sebuah kelaziman di Singapura? Ternyata jawabannya adalah iya.
Harian The New York Times pada tahun 2016 lalu pernah memaparkan jumlah angkatan kerja di Singapura yang meningkat hingga berada pada posisi 2,2 juta jiwa. Yang menarik,
Pada tahun 2016 lalu, jumlah warga usia lanjut mencapai sekitar 440.000 orang dari jumlah populasi yang mencapai sekitar 5,5 juta orang. Estimasi pemerintah Singapura, jumlah warga pensiun akan mencapai 900.000 orang pada tahun 2030.
Intinya, fenomena demografi yang terjadi di Singapura adalah jumlah penduduk tua semakin meningkat. Jadi, keluarga di Singapura tidak hanya menanggung beban anak kecil, namun juga orang tua yang semakin menua dan telah pensiun.
Untuk menangkal fenomena yang meningkat ini, pemerintah telah menerbitkan beberapa kebijakan. Salah satu kebijakan tersebut adalah menetapkan usia minimal pensiun, yakni 62 tahun dan ada opsi untuk melanjutkan pekerjaan selama tiga tahun berikutnya, yakni 65 tahun.
Kebijakan tersebut direvisi dengan menetapkan batas atas usia menjadi 67 tahun. Lalu saya berpikir, inilah pasti salah satu alasan mengapa masih banyak manula yang bekerja di Singapura.
Nenek itu berpesan kepada saya, yang sedang menikmati sebotol kopi dan menyantap roti isi sambil membaca buku, untuk tidak membuang sampah sembarangan.
Saya pun membalas dengan senyuman dan ucapan terima kasih, sambil berdoa dalam hati agar beliau sehat dan bahagia selalu
Sumber : Kompas