Mengelola Keuangan Secara Multitasking Bisa Merugikan

Mengelola Keuangan Secara Multitasking Bisa Merugikan

Banyak orang yang merasa bahwa mereka dapat melakukan multitasking dan itu merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Namun tahukah Anda? Ada banyak penelitian menyebutkan bahwa multitasking sebenarnya dapat merugikan diri sendiri.

Mengerjakan sesuatu secara multitasking hanya akan membuat kerja otak terbagi langsung, padahal hal semacam itu sebenarnya tidak dapat dilakukan oleh otak kita.

Kinerja otak tidak didesain untuk mengerjakan sesuatu secara bersamaan. Sehingga saat memaksa otak untuk bekerja bersamaan tentunya membuat kinerja otak menjadi terganggu. Parahnya kebiasaan seperti ini dapat membuat anda menjadi stres bahkan hingga menurunkan IQ.

Kebiasaan multitasking juga dapat berbahaya bila digunakan dalam mengelola keuangan. Sehingga multitasking bisa merugikan secara finansial. Berikut ini ada beberapa kerugian finansial yang disebabkan oleh multitasking.

1. Tidak efektif

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, otak tidak dapat dipaksa bekerja secara multitasking. Meskipun merasa bisa melakukan pekerjaan secara bersamaan tentunya hasil akhir yang didapat tidak akan seefektif bila mengerjakannya satu persatu.

Penelitian yang dilakukan oleh Massachusett Institute of Thecnology Amerika menyebutkan bahwa otak hanya mampu fokus pada satu atau dua hal saja.

Mungin banyak orang yang mengira bahwa dengan bekerja secara multitasking akan membuat hal menjadi produktif.

Padahal hal seperti hanya menurunkan fokus hingga 40 persen sehingga membuat anda lebih sering mengalami kesalahan. Bila melakukan multitasking pada bidang finansial, tentunya membuat Anda ceroboh dalam menghitung anggaran.

2. Membuat Anda frustasi

Bekerja secara multitasking hanya akan melelahkan diri sendiri. Terbiasa mengerjakan sesuatu hal dengan multitasking hanya akan membuat kita menjadi tidak fokus. Sehingga akhirnya Anda akan lebih sering melakukan kesalahan-kesalahan.

Tentunya jika selalu tidak fokus dalam pekerjaan, hal ini juga akan membuat pikiran merasa stres bahkan hingga depresi. Tentunya hal ini tidak baik untuk kondisi psikologi.

Sama halnya ketika Anda melakukan urusan finansial dengan cara multitasking, hanya akan membuat anda ceroboh dan malah membuat pengeluaran lebih boros.

Sehingga akhirnya membuat utang atau tagihan-tagihan yang meningkat. Ketika memiliki masalah finansial, maka cara menyelesaikan adalah dengan mengatasi satu persatu terlebih dahulu masalah yang ada hingga beres.

3. Tidak akan menyelesaikan persoalan

Beberapa orang berpikir bila bekerja secara multitasking dapat membuat pekerjaan menjadi lebih efisien. Namun sebenarnya pikiran Anda tersebut dapat berkebalikan dengan hasil yang di terima.

Ketika menyelesaikan urusan finansial, tentu akan lebih baik bila anda menyusun prioritas terlebih dahulu. Misalnya saja, Anda akan menyelesaikan utang-utang yang memiliki bunga besar terlebih dahulu.

Namun bila ingin menyelesaikan utang sambil mengumpulkan dana darurat, tentunya hal ini tidak akan efektif. Hal ini malah akan membuat bunga utang akan semakin membengkak.

Bahkan para ahli keuangan sekalipun sangat merekomendasikan bila pembuatan rencana anggaran dimulai dengan pembayaran utang kartu kredit. Kemudian barulah Anda bisa menabung untuk dana darurat.

Jumlah dari dana darurat bisa dikumpulkan sebanyak 6 bulan biaya hidup. Setelah keduanya dapat terpenuhi dengan baik, kemudian Anda baru dapat menyisihkan uang yang digunakan untuk masa pensiun kedepannya.

4. Merusak otak

Mengerjakan beberapa hal secara bersamaan, apalagi kedua hal tersebut membutuhkan konsentrasi yang penuh tentunya dapat membuat otak menjadi overload.

Sehingga salah satu efek negatif yang dapat dirasakan ketika membiasakan diri bekerja secara multitasking adalah dapat menurunkan fungsi otak, terutama yang berada pada bagian short memory. Bagian otak inilah yang bekerja untuk mengolah informasi yang masuk dan disimpan.

Sehingga jika mengerjakan beberapa hal secara bersamaan, maka akan membuat stimulasi berlebihan pada otak Anda. Sehingga otak nantinya tidak akan mampu memilih hal mana yang merupakan informasi penting dan tidak.

Hal inilah yang diungkapkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Clifford Nass, Ph.D dari Stanford University pada tahun 2009.

Sumber : Kompas

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.