Rupiah Menguat 0,52 Persen Hingga Posisi 7 Juli
Bank Indonesia (BI) mencatat penguatan Rupiah hingga 7 Juli 2017 sebesar 0,52 persen (year to date) atau mencapai Rp 13.403 per dolar AS. Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo mengatakan penguatan itu dipengaruhi antara lain oleh peningkatan rating (upgrade) dari Lembaga Rating Agency Standard & Poor’s.
“Data makro ekonomi Indonesia juga terus menunjukkan kondisi yang positif dan sentimen positif juga tampak terhadap prospek ekonomi Indonesia,” ujar Agus dalam rapat kerja pembahasan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Perubahan, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin, 10 Juli 2017.
Agus menuturkan data penguatan nilai tukar rupiah sepanjang tahun ini juga lebih baik dibandingkan negara lain, seperti Turki, Filipina, dan Brasil yang menunjukkan kondisi pelemahan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan berdasarkan data terakhir perekonomian global secara keseluruhan juga mulai bergerak membaik. Meskipun menurut dia perbaikan itu belum berlangsung di seluruh negara, baik negara maju maupun berkembang.
“Misalnya perekonomian Eropa, AS, dan Jepang itu membaik, Korea Selatan sedikit memburuk, India dan Vietnam buruk, Cina sedikit membaik,” kata Darmin. Sedangkan perekonomian Indonesia di kuartal satu 2017 cenderung membaik.
Hal itu kata Darmin, terlihat dari kinerja perdagangan dunia seperti minyak dan gas, yang meskipun tetap fluktuatif, terlihat peningkatan yang cukup signifikan. “Hasil pertanian global kalau dibandingkan secara tahunan juga membaik, tapi ada gejala sedikit menurun tahun ini.”
International Monetary Fund (IMF) dalam rilis terbarunya pun memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global 2017 akan sedikit meningkat dari 3,4 persen menjadi 3,5 persen. Menurut Darmin, meskipun terjadi perbaikan ekonomi global, masih ada sejumlah risiko yang harus diwaspadai.
“Risiko ada di proteksionisme perdagangan yang sedang mencuat, ekonomi Cina yang sedang rebalancing, AS juga kemungkinan akan menaikkan Fed Funds Rate, hal yang tidak sejalan menghasilkan dampak yang mixed,” ucap Darmin.
Sumber : Tempo