Kenaikan Gaji Lebih Kecil dari Kenaikan Biaya Pendidikan
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat rata-rata kenaikan biaya pendidikan mencapai 10 persen per tahun. Senada dengan BPS, lembaga ZAP Finance bahkan menyatakan biaya pendidikan di negeri ini kisaran peningkatannya bisa mencapai 20 persen per tahun.
Jadi, bila masuk sekolah dasar swasta saat ini harus membayar Rp 10 juta, maka tahun depan akan meningkat menjadi Rp 11 juta – 12 juta.
Belum berhenti sampai di situ, beban orangtua pun makin bertambah berat karena kenaikan pendapatan atau gaji kerapkali tidak bisa mengimbangi peningkatan biaya pendidikan. Survei Kelly Services Indonesia mencatat rata-rata kenaikan gaji pegawai di Indonesia pada 2016 sebesar 7-10 persen.
Meski faktanya seperti itu, bukan berarti orangtua harus menyerah dengan keadaan. Sebab bagaimanapun, salah satu kewajiban utama mereka adalah membekali anak-anaknya dengan pendidikan terbaik sebagai modal penting di masa depan.
Terlebih lagi, saat ini melalui Masyarakat Ekonomi Asean(MEA), kelak anak-anak harus bersaing dengan generasi dari negara tetangga untuk mendapatkan pekerjaan. Sementara itu, guna meningkatkan kompetensi anak butuh sekolah dengan biaya yang tidak murah.
Maka dari itu, para orangtua harus pintar-pintar menyisihkan penghasilan untuk ditabung atau simpan.
Meski dalam kondisi demikian, menabung saja bukanlah jalan keluar yang efektif. Ingat, bunga tabungan reguler yang ditawarkan perbankan tak tergolong tinggi, yaitu rata-rata hanya berkisar 1-2 persen.
Lebih dari itu, besaran bunga tersebut juga tak sepadan dengan laju inflasi. Dari Januari sampai Mei 2017 misalnya, rata-rata angka inflasi menurut Bank Indonesia mencapai 3,88 persen. Angka ini lebih tinggi daripada bunga tabungan biasa.
Artinya, keuntungan jangka panjang tidak bisa diraih lewat menabung saja. Sebagian dana lebih baik dialihkan untuk investasi.
“Dengan memulai investasi lebih cepat, maka imbal hasil yang diperoleh bakal lebih besar juga. Sebab, bunga atau imbal hasil investasi terus berbunga dan mengembang semakin besar, ibarat bola salju,” kata perencana keuangan Risza Bambang.
Karena ini adalah investasi untuk biaya pendidikan anak maka pilih portofolio yang aman, berisiko rendah, dan menguntungkan. Deposito adalah salah satunya.
Deposito aman karena negara melalui badan keuangannya atau Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) telah menjamin keberadaan dana nasabah portofolio investasi ini. Adapun dana maksimal nasabah deposito yang dijamin LPS sebesar Rp 2 miliar.
Dibandingkan dengan instrumen investasi lain seperti valas dan pasar saham, maka deposito mempunyai risiko yang paling kecil. Jadi bila terjadi gejolak politik atau negara mengalami krisis maka deposito paling minim risiko terkena dampaknya.
Tak hanya itu, nilai deposito juga relatif stabil dan bisa dikatakan sedikit sekali terpengaruh dengan gejolak pasar modal dan pasar uang.
Adapun soal keuntungan portofolio investasi ini memberikan untung yang kompetitif. Bunga deposito bisa tiga kali lipat lebih tinggi dari bunga tabungan reguler di bank.
Nah, soal pembuatan dan mengecek deposito pun sudah tak serumit seperti dahulu yang mengharuskan nasabah ke bank. Saat ini, sudah ada beberapa produk deposito yang menawarkan kemudahan membuat dan mengakses melalui smartphone atau ponsel pintar. Maxi Saver dari Jenius misalnya.
Jenius merupakan bagian dari Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN). Aplikasi finansial ini bisa membantu mengatur keuangan dan mengalokasikan pengeluaran secara bersamaan langsung di ponsel pintar. Untuk mendapatnya diunduh dan register di sini.
Sementara itu, Maxi Saver adalah bagian dari salah satu fitur yang ada di dalam Jenius. Fitur ini adalah layanan deposito dengan besaran bunga 5,75 persen – 6,25 persen per tahun dan tenor satu sampai 12 bulan.
Cara mengaktifkan fitur tersebut pun mudah karena hanya membutuhkan waktu 60 detik dan bisa dilakukan kapan dan di mana saja. Dengan begitu, dana tabungan reguler bisa lebih mudah dialihkan ke deposito Maxi Saver.
Belum cukup sampai situ. Agar mendapatkan hasil maksimal, sebaiknya deposito dikombinasikan dengan usaha lain.
Contohnya, orangtua mesti pintar mengalihkan dana dari rejeki dadakan. Ketika mendapatkan bonus dari kantor, misalnya, segeralah untuk diamankan, ditabung atau diinvestasikan.
Dengan begitu, orangtua pun bisa mempersiapkan tabungan biaya pendidikan anak dengan aman dan menguntungkan. Kenaikan gaji karyawan yang lebih kecil dari kenaikan biaya pendidikan bukan lagi jadi masalah.
Sumber : Kompas