Pembangunan LRT Koridor 3 Menyebabkan Skema Konversi Angkot Belum Pasti
Pemerintah Kota Bandung harus menuntaskan beberapa permasalahan menjelang dimulainya proyek pembangunan LRT Koridor 3 yang menghubungkan Stasiun Bandung dan Dalem Kaum. Para pelaku usaha angkutan kota mengeluhkan ketidakpastian skema konversi.
Pemkot Bandung mengundang ratusan pemangku kepentingan dalam sosialisasi pembangunan LRT Koridor 3, Senin, 24 Juli 2017 siang. Warga berharap agar masyarakat sekitar betul-betul dilibatkan dalam proyek dengan nilai investasi setengah triliun rupiah tersebut.
Ketua Organda Kota Bandung Neneng Zuraedah mengaku belum pernah sekali pun diajak bicara oleh pemkot terkait dengan proyek LRT yang juga dikenal dengan nama Metro Kapsul ini. Ia justru tahu dari pemberitaan di media massa. Neneng merasa ditinggalkan oleh pemkot dalam setiap kebijakan. ”Kami mendukung program pemkot memperbaiki sistem transportasi massal, tetapi tolong kami dilibatkan. Kami yang merintis rute-rute, dan kami masih beroperasi sampai hari ini,” tutur Neneng.
Menurut Neneng, proyek LRT menambah kegalauan para pengusaha angkot karena skema konversi belum juga menemukan kepastian. Ia berharap pemkot serius menuntaskan kesepakatan ini. Jalan keluar yang ditunggu-tunggu para pelaku angkutan kota adalah keluarnya surat keputusan (SK) dari wali kota terkait dengan penerapan skema konversi angkot ke bus. ”Apakah skema yang dipilih 3:1 atau 5:1, kuncinya ada di terbitnya SK wali kota. Itu yang kami tunggu-tunggu karena akan memberi kepastian,” ucapnya.
Dua pekan
Wali Kota Ridwan Kamil memastikan perumusan SK tentang skema konversi angkot terus dibahas. Pemkot hendak memastikan tidak ada poin yang melanggar payung hukum. Dia berharap SK bisa diterbitkan selambatnya dua pekan mendatang. ”Kalau saya tidak berani ambil keputusan, saya tidak pernah membuat perubahan. Inovasi datang dari orang-orang yang berani. Pembahasan hukum masih tetap jalan, memastikan tidak ada satu pun isu yang dilanggar,” ucapnya.
Menurut Ridwan, pemkot dan para pengusaha angkot mestinya bergandengan tangan mengembangkan sistem dan layanan angkutan massal. LRT dan angkot tidak saling berebut penumpang. Justru keduanya punya misi sama, yakni mengambil alih penumpang dari kendaraan pribadi, baik mobil maupun sepeda motor.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Bandung Didi Ruswandi menyatakan, jumlah warga terdampak langsung proyek pembangunan LRT tidak sampai 50 keluarga. Mereka adalah warga yang menjalankan usaha di lahan milik pemkot di sekitar Stasiun Hall.
Dijelaskan Didi, kawasan sekitar Stasiun Hall harus dikosongkan selama proyek pengerjaan LRT yang diperkirakan memakan waktu satu tahun. Pemkot menawarkan warga terdampak ini untuk tinggal sementara di apartemen rakyat atau rusunawa selama sekitar satu tahun. Begitu proyek tuntas, warga bsia menempati lagi lokasi mereka tinggal dan berusaha. ”Di sepanjang koridor, tidak ada warga terdampak langsung karena jalur Metro Kapsul di atas bahu jalan. Tidak ada penggantian aset atau semacamnya, jadi clear,” ujarnya.
Sumber : Pikiran Rakyat