Risiko Banjir Citarum Dapat Dipantau Oleh Aplikasi Canggih Ini

Risiko Banjir Citarum Dapat Dipantau Oleh Aplikasi Canggih Ini

Satu lagi teknologi untuk mengurangi resiko bencana banjir DAS Citarum ditemukan, yakni melalui FEWEAS (Flood Early Warning and Early Action System). Teknologi tersebut merupakan Aplikasi Peringatan Bencana Dini untuk Mitigasi Risiko Banjir Sungai Citarum, yang dapat diunduh di App Store dan Google Store.

Aplikasi tersebut merupakan inisiatif International Federation of Red Cross and Red Crescent Socities (lFRC), Palang Merah Indonesia (PMI) dan Zurich Insurance Indonesia (le). Mereka bekerja sama dengan tim riset Teknologi Bandung (ITB).

Bersama dengan Perum Jasa Tirta 2, BBWS, BPBD Jawa Barat, dan Pemprov Jawa Barat, keempat institusi tersebut nantinya akan bahu-membahu mengelola pemanfaatan FEWEAS untuk mitigasi risiko banjir bagi masyarakat yang berpemukiman di wilayah Daerah Aliran Sungai Citarum.

‎Dr. Armi Susandi, ketua peneliti ITB menjelaskan, FEWEAS Citarum dibangun dengan sistem tercanggih sehingga memberikan informasi prediksi cuaca ekstrim dan banjir secara tepat untuk 3 hari ke depan. Khususnya untuk wilayah Daerah Aliran Sungai Citarum.

Peringatan banjir dihasilkan dari kombinasi antara prediksi cuaca dengan prediksi genangan resolusi dan ketepatan tinggi.

”Selain prediksi cuaca dan genangan, FEWEAS Citarum juga menyediakan prediksi curah hujan jangka panjang, hingga 5 tahun ke depan. Prediksi curah hujan dan kerentanan iklim tersebut dapat dimanfaatkan selain untuk prediksi banjir jangka panjang juga untuk antisipasi kekeringan,”kata dia dalam peluncuran FEWEAS di Hotel Novotel, Jalan Cihampelas, Kota Bandung, Senin, 11 Desember 2017.

Menurut dia, dalam aplikasi tersebut pihaknya didukung data dari BBWS dan PJT II. FEWEAS merupakan generasi kedua dari sistem yang diterapkan di Bengawan Solo.

“Kelebihannya, aplikasi ini menyajikan informasi terkini tentang prediksi kejadian 3 hari mendatang dalam skala desa. Ada informasi cuaca, penggambaran gerangan kalau biru aman, genangan Warna putih, merah siap-siap siaga, informasi tentang cuaca jangka panjang. Sawah soal tanam. Sangat dikit gagalnya, di Indramayu misalnya 90 persen berhasil,”ucap dia.

Dicky Saromi, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar Dicky Saromi mengatakan, FEWEAS ini dibuat untuk DAS Citarum dan tidak seluruh DAS Indonesia mendapatkan ini. Bencana hidrologi memang saat ini menjadi perhatian pemerintah Jabar terlebih dengan Sungai Citarum yang menjadi tempat menggantungnya 25 juta penduduk Jabar.

“Melalui aplikasi ini, akan berkontribusi banyak terutama dalam menurunkan resiko bencana,”kata dia pada kesempatan yang sama. Menurut dia, pemerintah saat ini memang tengah berupaya mengurangi kerentanan dan menaikan kapasitas dalam penanggulangan bencana hidrologi tersebut.

‎”Soal kaapasitas ini, kelembagaan termasuk BPBD, kapasitas SDM dan peralatannya, pengelolaan bencana dan manajemen serta kapasitas ilmu pengetahuan dan teknologi. FEWEAS itu, kabar gembira. Peringatan dini mengurangi resiko bencana,”ujar dia.

Giorgio Ferrario, Head of Delegation for the IFRC Country Cluster Support Team in Indonesia Mengatakan, banjir tidak hanya menyebabkan masalah kesehatan ataupun kerusakan jalur transportasi dan infrastruktur lainnya. Namun juga kesejahteraan hidup masyarakat banyak.

Untuk itu, penanggulangan risiko-risiko kerugian akibat banjir tidak dapat dilihat secara sektoral, melainkan harus melibatkan sinergi dan kolaborasi strategis dari semua pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, swasta, NGO, juga kalangan akademisi. Dengan dukungan dan keterlibatan dari berbagai pihak atas FEWEAS.

“Kami berharap aplikasi ini hadir sebagai solusi inovatif yang dapat membantu mewujudkan ketahanan dan ketangguhan masyarakat terhadap bencana banjir,” ujar dia.

Sebagai sungai terpanjang di Jawa Barat, Sungai Citarum berperan strategis dalam mendukung berbagai aktivitas kehidupan masyarakat. Namun seiring perkembangan pemanfaatan lahan pertanian serta pembangunan di sekitar area Sungai Citarum, risiko-risiko kerugian banjir yang harus dihadapi masyarakat juga semakin meningkat, terutama di musim hujan.

“Sebagai bagian dari program Masyarakat Tangguh Banjir, FEWEAS Citarum sebagai generasi kedua setelah FEWEAS Bengawan Solo akan mendukung kesiagaan PMI bersama para partner kami dalam menghadapi bencana banjir,” ujar Soemarsono, Ketua Bidang Penanggulangan Bencana PMI Pusat menambahkan.

Wirahadi Suryana, Corporate & Commercial Director PT Zurich Insurance Indonesia menjelaskan, banjir merupakan salah satu bencana alam yang paling berdampak pada kerugian ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai belahan dunia. Di Indonesia sendiri, diperlukan penanganan tepat untuk memitigasi risiko banjir yang semakin mengkhawatirkan tiap tahunnya.

“Memanfaatkan keahlian kami dalam pengelolaan risiko, Zurich Insurance Indonesia berkomitmen tinggi untuk berkontribusi dalam bentuk solusi-solusi inovatif yang bertujuan meningkatkan ketahanan masyarakat dalam menghadapi banjir. Lewat program Community Flood Resilience (CFR) kami yang telah dimulai sejak 2013 lalu, kami berkolaborasi dengan berbagai pihak, baik pemerintah daerah, Palang Merah lndonesia, lFRC maupun lembaga ataupun institusi terkait, dalam program-program ketahanan banjir di berbagai wilayah Indonesia,”ujar dia.

Selain terlibat dalam FEWEAS,pihanya juga sebelumnya telah meluncurkan sebuah aplikasi untuk informasi dini akan insiden ataupun bencana yang terjadi di area Jabodetabek bernama Z-Alert.

“Sistem peringatan dini dapat mengurangi risiko kerugian akibat bencana secara signifikan. Dari penelitian kami, dengan penggunaan aplikasi peringatan bencana, risiko kerugian yang diakibatkan banjir berupa kerusakan kendaraan bermotor dapat direduksi hingga 50% dan kerusakan properti lebih dari 25%,” kata dia

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.