Sensor Konten Dua Lapis Kominfo
Imandiri.id – Sensor Konten Dua Lapis Kominfo. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) akan mulai mengoperasikan mesin sensor konten negatif mereka besok, Rabu (3/1). Mesin sensor ini ditempatkan di pusat komando yang terletak di lantai delapan Gedung Kemkominfo di Jakarta.
Kominfo sempat mengajak awak media untuk mengunjungi pusat komando yang akan digunakan untuk mengoprasikan perburuan konten negatif yang beredar di situs-situs yang bisa diakses di Indonesia.
Kepala Sub Direktorat Penyidikan Kemenkominfo Teguh Arifiyadi pun menjelaskan cara kerja mesin sensor tersebut. Menurutnya, sebelum keberadaan sebuah situs atau konten media sosial bisa dilenyapkan, ada proses berlapis yang dilakukan.
Proses berlapis ini melibatkan mesin perayap (crawling) dan manusia. Proses pertama dilakukan oleh mesin dengan memasukkan kata kunci pencarian.
Jika kata kunci sudah ditentukan, mesin pemburu bisa menarik jutaan konten dalam sekali kerja. Menurutnya, mesin sensor ini bisa merengkuh jutaan situs dan konten media sosial hanya lewat satu kata kunci.
Kecepatan pengumpulan datanya pun terbilang sangat cepat, cuma sekitar 5 menit sampai 10 menit saja.
“Mesin ini mempercepat waktu, meningkatkan volume, dan penindakan oleh penegak hukum,” kata Teguh, saat ditemui di markas tim operasional mesin sensor Kominfo, di Jakarta, pekan lalu (29/12).
Situs dan konten media sosial yang ditemukan ini lalu akan dilempar ke mesin pendamping. Tugas mesin pendamping ini adalah memilah mana situs dan konten yang relevan terhadap kata kunci.
Mesin tersebut juga akan mengurutkan hasil pencarian berdasarkan dampaknya. Semakin viral atau populer suatu situs dan konten media sosial, semakin tinggi ia dinilai berbahaya oleh mesin itu.
Setelah dampak dihitung, selanjutnya mesin akan menangkap layar (screen-capture) situs dan media sosial yang kena ciduk mesin. Hasil tangkapan layar itu akan dikirim ke tim verifikator yang sepenuhnya terdiri oleh manusia, dalam hal ini anggota tim Cyber Drone 9.
Tim verifikator akan jadi gerbang terakhir yang menentukan apakah situs atau media sosial terciduk tadi pantas untuk disensor oleh pemerintah.
“Biar keputusan akhirnya humanis dan bisa dipertanggungjawabkan,” imbuh Teguh.
Dalam sebuah demo yang Cyber Drone 9 sudah selesaikan, mesin pemburu itu berhasil menjaring 1,2 juta situs porno dan hampir 200 ribu domain. Jumlah situs yang berhasil dikonfirmasi sebagai situs porno adalah 959.547 buah, sisanya tak terbukti sebagai situs porno.
Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika Semuel Abrijani Pangerapan menyebut angka itu masih terbilang tak banyak. Sebab pemburuan konten negatif dalam demo itu masih terbatas menggunakan kata kunci berbahasa Indonesia.
“Tapi kemampuan mesin ini akan lebih baik karena mesin pakai AI (kecerdasan buatan/artificial intelligence) sehingga hasilnya akan lebih akurat ketika makin sering bekerja,” ujar Semuel.