Kuliah Jarak Jauh Akan Dikembangkan Hadapi Revolusi Industri
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi mendorong semua perguruan tinggi untuk merintis model kuliah nontatap muka atau jarak jauh. Pasalnya, hal tersebut menjadi satu dari beberapa konsep pengembangan Cyber University yang dipersiapkan untuk menghadapi revolusi industri 4.0.
Saat ini, baru ada 51 dari total 85 perguruan tinggi negeri (PTN) yang siap menggelar kuliah nontatap muka.
Menristekdikti Mohamad Nasir menuturkan, model kuliah nontatap muka akan diperkuat dengan payung hukum. Pemerintah juga akan membentuk lembaga penjaminan mutu khusus untuk memastikan model kuliah nontatap muka tetap berkualitas.
“Regulasinya sedang dipersiapkan. Mengenai sistem perizininan, pengawasan dan sebagainya akan diatur dalam permenristekdikti,” ucap Nasir di Kantor Kemenristekdikti Senayan, Jakarta, Kamis, 18 Januari 2018.
Menurut dia, dalam menghadapi era disrupsi teknologi informasi dan komunikasi, peran dari model kuliah konvensional akan semakin berkurang. Pengembangan Cyber University sudah banyak diterapkan di sejumlah negara maju.
Kemenristekdikti sudah menyiapkan sistem pembelajaran yang lebih inovatif di perguruan tinggi seperti penyesuaian kurikulum pembelajaran dan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal data Information Technology (IT), Operational Technology (OT), Internet of Things (IoT), dan Big Data Analitic.
Menurut dia, dengan mengintegrasikan objek fisik, digital dan manusia dalam model perkuliahan akan menghasilkan lulusan perguruan tinggi yang kompetitif dan terampil. Terutama dalam aspek data literasi.
Ia menegaskan, berbagai hal perlu dipersiapkan, termasuk di antaranya sumber daya manusia (SDM), khususnya para dosen dan peneliti yang siap menjalankan model Cyber University.
“Kami juga butuh perekayasa inovatif dan adaptif untuk pengembangan ilmu pengetahuan teknologi dan pendidikan tinggi dalam era revolusi industri 4.0 ini,” ujarnya.
Rektor Universitas Indonesia (UI) Muhammad Anis menilai gagasan kuliah nontatap muka akan berjalan baik jika dikawal ketat oleh aturan yang tegas dan solutif. Kemenristekdikti harus bisa memastikan mutu dari Cyber University.
“Terutama bagaimana agar Kemeristekdikti tetap menjamin terjaganya unsur pedagogik dalam pembelajaran jarak jauh. Distance learning ini tidak boleh hanya mentransfer materi dalam bentuk power point. Harus tetap ada pedagogiknya,” kata Anis
Anis menyatakan, perguruan tinggi wajib merespons segala bentuk perubahan dan tuntutan zaman. Menurut dia, harus ada sistem manajemen mutu yang menjamin pelaksanaan pembelajaran jarak jarak jauh benar-benar terstandar sehingga program ini memiliki akreditasi khusus.
“UI sudah sekitar 10 tahun menerapkan model pendidikan jarak jauh. Hanya satu prodi yaitu ilmu komputer yang sudah full distance learning, prodi lainnya masih kombinasi dengan tatap muka,” katanya.
Ia menuturkan, biaya yang dibutuhkan untuk mengembangkan Cyber University jauh lebih mahal ketimbang kuliah konvensional. Pasalnya, kampus harus membangun infrastruktur dan perangkat alat belajar yang canggih.
“Seperti bandwith, laboratorium online, komputer, internet, itu memang masih jadi kendala, karena masih menjadi barang mahal di Indonesia,” ujarnya.
Anis sepakat bahwa setiap kampus harus mulai mengarah pada konsep kuliah nontatap muka. Dengan demikian, aksesabilitas masyarakat untuk mengenyam pendidikan tinggi semakin terbuka.
Pasalnya, tidak terkendala dengan jarak dan waktu. “Meningkatkan daya tampung kampus, tanpa harus meningkatkan kapasitas kelas, dan dapat mengefisiensikan seluruh sumber daya yang ada