
UMKM Butuh Website untuk Bangun Merek
UMKM Butuh Website untuk Bangun Merek. Dari 59,2 juta usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang ada di Indonesia, baru 3,89 juta atau sekitar 8 persen yang memanfaatkan platform digital. Data yang berasal dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) mencatat kebanyakan UMKM ini menggunakan marketplace seperti Tokopedia maupun Bukalapak untuk menjajakan dagangan mereka.
Namun, ada pandangan lain terkait pemanfaatan marketplace untuk UMKM. Laksamana Mustika, CEO sekaligus pendiri Djaring menilai penjualan melalui marketplace kurang membangun kesadaran konsumen tentang brand yang dimiliki penjual.
Setiap pengusaha atau penjual produk membutuhkan situs khusus yang menjadi wajah brand. Situs ini dibutuhkan untuk merepresentasikan nilai usaha dan lebih baik daripada memiliki channel ecommerce dan sosial media.
Laksamana mengatakan bahwa UMKM dari segmen perintis hingga enterprise dapat memiliki web terintegrasi yang disediakan pihaknya yakni Djaring. “Segmen kita adalah UMKM dari layer mana pun yang ingin naik kelas. Bahkan bagi yang baru memulai bisa memanfaatkan fitur secara gratis, meskipun mereka tidak bisa mendapatkan domainnya.
Solusi yang ditawarkan Djaring berupa website yang sudah terintegrasi dengan Midtrans dalam hal pembayaran sehingga penjual dapat melalukan transaksi baik dengan bank transfer, kartu kredit dan lain sebagainya. Untuk jasa logistik, startup ini bermitra dengan Tiki, JNE, Si Cepat, J&T.
“Kami juga sudah menyiapkan pembayaran melalui Gopay. Tapi belum bisa saya sebut kapan karena masih terhalang masalah regulasi tetapi secara sistem sudah siap. Begitu juga untuk pengiriman one day delivery dengan Gojek dan Grab juga masih dalam proses penjajakan,” terang pria yang akrab disapa Laks.
Untuk memudahkan laporan keuangan secara real time, Djaring memfasilitasi UMKM untuk menggunakan jasa Jurnal.id. Perusahaan ini pun berencana bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan lain yang berkecimpung dengan dunia startup.
Djaring menyediakan situs khusus UMKM-nya mulai kisaran harga Rp200 ribu hingga Rp750 ribu per bulan. Harga tersebut dinilai sudah menghemat investasi yang sangat besar jika dibanding membangun situs sendiri dengan sistem terpadu selengkap itu.
“Jauh sekali harganya jika seseorang ingin membangun sendiri tapi selengkap ini. Dari nol sampai seperti ini bisa Rp15-20 juta. Dan itu memakan waktu yang lama untuk membangunnya bisa 3-6 bulan,” kata dia.
Lebih lanjut, Djaring memangkas waktu dan biaya membangun situs terintegrasi untuk UMKM.
“Kami sediakan temanya secara template dan juga tidak perlu orang untuk mengembangkan dari awal. Yang mahal itu apa? Tenaga kerja. Di sini tidak membutuhkan tenaga kerja karena sistem sudah ada, platform sudah ada. Kami sudah cut down time frame juga hingga orang tinggal memakai saja,” ujarnya.
Djaring menargetkan untuk mendapatkan 1.000 user dalam tahun pertamanya. Laks mengatakan perusahaan belum memasang target penghasilan untuk tahun ini