Jasa Marga Klaim Ganjil Genap Akan Dongkrak Pendapatan
Operator jalan tol PT Jasa Marga (Persero) menilai pengaturan lalu lintas mobil penumpang dengan sistem ganjil-genap di ruas tol berpotensi meningkatkan pendapatan perseroan. “Kalau (jalan tol) lebih lancar, pendapatan lebih baik,” ujar Direktur Utama Jasa Marga Desi Arryani.
Sayangnya, Desi tak menyebutkan berapa besar potensi peningkatan pendapatan yang diincar oleh perseroan dari penerapan kebijakan tersebut. Saat ini, rata-rata harian volume kendaraan yang melintas dari Jakarta di ruas tol Jakarta-Cikampek ada di kisaran 70 ribu hingga 80 ribu per hari.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kementerian Perhubungan akan menerapkan sistem ganjil-genap di pintu tol Bekasi Timur dan Barat pada ruas tol Jakarta-Cikampek mulai 12 Maret 2018 mendatang. Sistem serupa juga akan diberlakukan di pintu tol Tambun, Pondok Gede, dan Jatiwaringin.
Aturan ini berlaku setiap Senin sampai Jumat pukul 06.00 WIB hingga 09.00 WIB dan tidak berlaku di hari Sabtu, Minggu, dan hari libur nasional.
Berdasarkan draf Peraturan Menteri Perhubungan yang diterima CNNIndonesia.com, pemerintah memberlakukan kebijakan tersebut agar pengendara tidak terganggu akibat pengerjaan tiga Proyek Strategis Nasional (PSN) yakni proyek jalan tol Jakarta-Cikampek II elevated, pembangunan kereta api cepat Jakarta-Bandung, dan pembangunan proyek kereta api ringan Light Rail Transit (LRT).
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setyadi mengungkapkan tiga PSN tersebut menyebabkan kondisi lalu lintas di jalan tol Cikampek menjadi semakin padat. Imbasnya, kecepatan kendaraan yang biasanya bisa mencapai 60 kilometer (km) per jam kini hanya bisa menjadi 20 km per jam.
Selain sistem ganjil-genap, untuk mengatasi kepadatan tersebut, Kemenhub juga menerapkan pembatasan operasional mobil barang dengan sumbu tiga atau lebih dari jam 06.00 hingga 09.00.
Sebagai informasi, sepanjang tahun lalu, Jasa Marga membukukan laba bersih sebesar Rp2,2 triliun, naik 16 persen dibanding tahun 2016, Rp1,89 triliun. Peningkatan laba tersebut sebagian besar ditopang oleh lonjakan pendapatan sektor konstruksi dari Rp7,83 triliun menjadi Rp26,17 triliun. Sementara, pendapatan tol dan usaha lainnya hanya naik tipis dari Rp8,83 triliun pada 2016 menjadi Rp8,92 triliun.