Adopsi Transaksi Digital Tinggi tapi Banyak Ditakuti

Adopsi Transaksi Digital Tinggi tapi Banyak Ditakuti

Perusahaan keamanan siber ternama Kaspersky telah menggelar Cyber Security Weekend ketujuh secara virtual, di kesempatan ini mereka membahas tren adopsi transaksi digital atau kepopuleran aplikasi pembayaran digital (mobile baking) yang diakui berbagai pihak terutama di tengah kondisi pandemi.

“Permintaan yang melonjak untuk pembayaran digital telah mengubah cara kita bertransaksi baik online maupun offline,” ujar Managing Director Asia Pasifik Kaspersky, Chris Connell.

“Bisnis sekarang mendigitalkan operasi mereka untuk mendapatkan pendapatan tambahan melalui pembayaran digital, sementara konsumen sangat bergantung padanya karena kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan,” tuturnya.

“Ini menunjukkan dengan jelas bahwa banyaknya permintaan untuk proses pembayaran yang cepat, efisien, dan berbiaya rendah akan mendorong inovasi lebih lanjut di bidang ini, dan kami melihat hal itu terjadi dengan munculnya jalur real-time payment,” sambungnya.

Hasil riset dan survei Kaspersky berjudul “Mapping a Secure Path for The Future of Digital Payments in APAC” menunjukkan 90 persen atau sebagian besar responden Asia telah menggunakan aplikasi pembayaran seluler setidaknya sekali dalam 12 bulan. 

Di sisi lain dua dari 10 responden atau 15 persen di antara baru memulai menggunakan aplikasi pembayaran digital setelah pandemi berlangsung. Filipina mencatat persentase adopsi pembayaran digital atau uang elektronik tertinggi sebesar 37 persen kemudian diikuti India sebanyak 23 persen, Australia 15 persen, Vietnam 14 persen, dan Indonesia 13 persen.

Sisanya diikuti oleh Thailand 13 persen, Korea Selatan dan Malaysia sebanyak sembilan persen sementara Tiongkok hanya lima persen. Hal tersebut tidak mengherankan karena transaksi digital atau pembayaran dengan uang elektronik di Tiongkok sudah lebih dulu populer.

Keamanan dan kenyamanan memicu lebih banyak pengguna di Asia Pasifik untuk merangkul teknologi keuangan. Lebih dari setengah responden survei mencatat bahwa mereka mulai menggunakan metode pembayaran digital selama pandemi karena lebih aman dan nyaman daripada melakukan transaksi tatap muka.

45 persen responden juga menyebutkan bahwa platform digital memungkinkan mereka untuk melakukan pembayaran sembari mematuhi aturan jarak sosial dan 36 persen menyatakan ini adalah satu-satunya cara mereka dapat melakukan transaksi moneter selama masa lockdown. Meskipun begitu masih banyak respon yang memiliki kekhawatiran saat menggunakan metode pembayaran digital terlepas dari klaim aplikasi yang aman.

Kaspersky menyebutkan bahwa 48 persen responden mengaku takut kehilangan uang atau proses transaksi tidak bisa diselesaikan sementara 41 persen takut menyimpang informasi keuangan secara online. Hampir empat dari 10 responden juga mengungkapkan bahwa mereka tidak sepenuhnya mempercayai keamanan platform atau aplikasi.

“Untuk mendorong ekonomi digital yang aman ke depan, penting bagi kami untuk mengetahui titik kesulitan para pengguna dan mengidentifikasi celah yang perlu segera kami tangani. Hasil temuan ini patut disambut baik karena publik telah sadar risiko yang hadir bersama metode transaksi digital,” tutur Connell.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.