Akses Internet 7 Jam Sehari, Milenial Suka Belanja Nontunai
Riset yang dilakukan oleh lembaga Alvara Research Center mengatakan perusahaan perlu memahami sembilan perilaku milenial untuk bisa meraup keuntungan. Milenial diketahui sebagai generasi yang kecanduan internet hingga kerap belanja nontunai.
CEO Alvara Research Center, Hasanuddin Ali mengatakan generasi milenial menyimpan potensi besar untuk bisnis. Pada 2020, generasi milenial akan mendominasi populasi di Indonesia dengan porsi sekitar 34 persen, diikuti 20 persen generasi X, dan 13 persen generasi baby boomers (kelahiran 1946 hingga 1964).
Perilaku pertama, generasi milenial di Indonesia sangat kecanduan internet. Dalam sehari rata-rata generasi milenial bisa menggunakan internet dengan durasi lebih dari tujuh jam.
Kedua, loyalitas generasi milenial tergolong rendah. Saat ada produk yang lebih bagus, generasi milenial dengan mudah akan berpaling.
Ketiga, mayoritas milenial lebih memilih melakukan transaksi non-tunai dengan porsi 59 persen. Hasan mengatakan pilihan inilah yang membuat milenial memiliki dompet ‘tipis’, namun bukan berarti mereka tidak memiliki uang.
“Bukan berarti tidak ada uang. Mayoritas mereka transaksi non-tunai sehingga uang bentuk fisik mereka rendah. Oleh karena itu, dompet mereka tipis,” kata Hasan saat pemaparan hasil survei di Jakarta Pusat, Selasa (9/7).
Perilaku keempat yakni generasi milenial bisa bekerja dengan lebih cepat dan cerdas lantaran didukung oleh keberadaan teknologi. Hasan mengatakan keberadaan teknologi membuat milenial memiliki akses informasi secara cepat dan luas.
Perkembangan teknologi juga mendorong milenial memiliki kemampuan multi-tasking. Perilaku ini disebut membuat milenial terbiasa melakukan dua hingga tiga pekerjaan sekaligus.
Selanjutnya, generasi milenial juga memiliki perilaku seng berwisata. Hanya saja menikmati tempat wisata bukan menjadi prioritas mereka. Generasi milenial lebih mementingkan berwisata agar terlihat eksis di media sosial.
“Yang penting mereka bisa swafoto dan unggah konten di Instagram. Implikasinya durasi wisata jadi cepat. Mereka banyak kunjungi destinasi tapi durasi setiap destinasi sangat cepat,” ungkapnya.
Menyoal isu yang ramai diperbincangkan, milenial dianggap acuh terhadap isu politik. Alih-alih menjadikan isu politik sebagai bahan perbincangan, milenial lebih memilih isu film, olahraga, dan teknologi informasi.
“Politik itu berisik didominasi oleh Gen X. Instagram justru lebih indah karena didominasi oleh milenial. Berbeda dengan Facebook dan Twitter yang didominasi oleh Gen X sehingga isu yang beredar mengenai politik,” kata Hasan.
Di sisi lain, milenial terhitung gemar berbagi dan peduli dan responsif terhadap masalah sosial, petisi daring, dan donasi daring.
Generasi milenial menganggap tidak mementingkan kepemilikan barang, asalkan masih bisa mengakses hal yang dibutuhkan. Sebagai contoh perkembangan transportasi daring menunjukkan generasi milenial merasa tidak perlu membeli kendaraan.
“Contoh dahulu untuk mendengarkan musik atau nonton film harus beli kaset atau CD, sekarang tinggal langganan di Netflix, Joox, dan Spotify. Generasi milenial tidak perlu punya mobil dan motor selama masih dapat manfaat dari transportasi online, itu cukup,” jelas Hasan. [dEe]