Bisnis Minuman Unik Beromzet Manis

Bisnis Minuman Unik Beromzet Manis

Memiliki populasi penduduk dengan usia muda yang besar merupakan berkah tersendiri bagi Indonesia. Usia muda sarat dengan kreativitas, suka mencoba hal baru dan tentu saja, pola konsumsi yang tinggi.

Salah satu yang diminati para anak muda alias generasi milenial saat ini adalah produk yang unik. Hal itu membawa Windy Chayani, perempuan muda berusia 24 tahuh, tertarik untuk menekuni bisnis semasa kuliah.

Hasil ketekunannya semasa kuliah berbuah manis, ia kemudian sukses mengelola bisnis susu olahan atau milkshake dengan merek Karamilk.

Kini, produk susu olahan Karamilk milik Widya yang dipadukan dengan aneka topping tambahan sudah meraup omzet Rp 45 juta-Rp 60 juta sebulan. Saat ini Karamilk sudah memilki empat cabang yakni di Jakarta, Bandung, Depok, dan Cilegon.

Bagaimana cerita Windy membangun bisnisnya hingga sukses seperti sekarang?

Seperti para generasi milenial lain, Widya yang menjalani bisnis sejak 2012 tersebut juga berubah-ubah jualannya mengikuti tren yang ada. “Saya mencari pengalaman,” ujar lulusan Ahli Gizi Universitas Indonesia (UI) ini.

Minat bisnisnya timbul memang dimulai di bangku kuliah. Dia bercerita, awalnya dia ingin masuk ke fakultas Kedokteran tetapi diterima di tempat lain.

Walaupun jurusannya sebagai Ahli Gizi di UI bukan jurusan bisnis, namun Windy malah tertarik mmebuka usaha dengan modal sendiri.

“Tahun 2012 sudah mulai suka jualan macam-macam, dari mulai cuma sekedar reseller pakaian perempuan (online), bisnis jam tangan, brownies sukun, sampai akhirnya berlabuh di (milkshake) Karamilk,” ujar Windy saat berbincang dengan Kompas.com, Rabu malam (13/9/2017).

Ide membuat Karamilk juga tidak datang begitu saja. Dengan latar belakang ilmu gizi yang dimilikinya, Windy ingin menciptakan produk yang sehat dan aman dikonsumsi untuk segala umur. Pilihan pun jatuh pada produk olahan susu.

Windy menjelaskan, produk susu olahannya tidak serta merta keluar begitu saja, ada beberapa proses yang dirinya persiapkan agar produknya dikenal dan juga disukai konsumen.
“Awalnya produk Karamilk ini berupa susu botol. Modal awalnya Rp 1.500.000. Persiapannya dari mulai cari tempat produksi, survey bahan baku, market test, desain logo dan packaging, branding dan promosi semuanya sendiri,” ungkapnya.

Dia bahkan sempat mengalami penolakan berulang kali dalam memasarkan produknya. “Pemasarannya dengan konsinyasi. Kerja sama dengan koperasi, kantin kampus, sekolahan, bakery shop, karena benar-benar mulai sendiri, jadi sendiri yang masarin,” jelasnya.

Menurutnya, pengamalan merintis usaha sendiri memilki nilai dan kebanggan tersendiri walaupun harus berjuang dan gigih dalam membangun usaha tersebut.

“Ditolak banyak. Sampai bahkan diusir duluan sebelum dibaca proposal (kerja sama). Tapi karena memang kalau sudah punya kemauan, jadi apapun diusahakan,” jelasnya.

Setelah kini memiliki empat cabang, Windy fokus pada pengembangan usaha. Pehobi jalan-jalan alias travelling tersebut mengakui, dalam satu bulan usahanya mampu menjual kurang lebih 5.500 sampai 6.500 cup dengan kisaran harga Rp 9.000 sampai Rp 10.000 per cup.

Adapun produk olahan susu miliknya memilki perbedaan dibandingkan produk lain, yakni dengan berbahan dasar susu sapi yang dipadupadankan dengan aneka topping atau sajian tambahan dan dikocok (shake).

“Variannya rasanya ada enam, Yellow Choco (Choco Hazelnut + Egg pudding), Mallow (Matcha Latte + Egg Pudding), Milkiway (Milktea + Pearl), Buble Creme (Tiramisu + Pearl), Caramello (Caramel Machiato + Coffee Jelly), dan Taro Wish (Taro + Rainbow Jelly),” pungkas wanita kelahiran Serang, Banten ini.

Sumber : Kompas

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.