BPS Dukung Pemerintah Fokus Dagang ke Asia Selatan

BPS Dukung Pemerintah Fokus Dagang ke Asia Selatan

BPS Dukung Pemerintah Fokus Dagang ke Asia Selatan. Badan Pusat Statistik (BPS) menilai positif langkah pemerintah untuk memfokuskan tujuan perdagangan ke pasar Asia Selatan. Pasalnya, karakteristik budaya Indonesia hampir sama dengan negara-negara di kawasan tersebut, sehingga kebutuhan ekspornya bisa dibilang serupa.

Kepala BPS Suhariyanto juga mengatakan Asia Selatan dikenal dengan negara-negara dengan populasi jumbo, sehingga potensinya pasarnya pun terbilang besar. Sekadar informasi, gabungan populasi India, Pakistan, dan Bangladesh saja sudah mencapai 1,64 miliar jiwa atau enam kali lipat lebih dibanding populasi Indonesia yang sebesar 262 juta jiwa.

Sejauh ini, kinerja ekspor Indonesia ke negara-negara tersebut terbilang cemerlang. Tahun lalu, ekspor Indonesia ke India tumbuh 39,39 persen secara tahunan (year on year/YoY) dengan komoditas utama adalah kertas, batu bara dan minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO). Bahkan, pertumbuhan ekspor kertas ke negara Bollywood itu tercatat mencapai 143,3 persen di tahun lalu.

Sementara itu, pertumbuhan ekspor ke Pakistan sepanjang tahun 2017 tercatat di angka 18,8 persen, dengan pertumbuhan tertinggi didominasi oleh komoditas batu bara dengan pertumbuhan mencapai 535,9 persen.

Terakhir, pertumbuhan ekspor Bangladesh pada periode yang sama berada di angka 26,05 persen dengan kenaikan pengiriman tertinggi di komoditas turunan CPO bahkan hingga mencapai 929,5 persen.

Hanya saja, Indonesia tentu perlu diversifikasi pengiriman barang ke negara-negara tersebut demi meningkatkan nilai ekspor. Maka itu, BPS dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dalam waktu dekat akan meluncurkan statistik ekonomi kreatif untuk menilai produk-produk kreatif yang tengah menjadi permintaan di Asia Selatan.

“Kalau ekspor ekonomi kreatif ini kan bentuknya kriya dan hal kreatif lainnya. Dengan ini, maka gambarannya bisa terlihat bahwa masih banyak potensi ekspor selama Indonesia mampu mendeteksi apa yang dibutuhkan konsumen,” jelasnya.

Ia melanjutkan, diversifikasi pasar ekspor ini sangat penting demi mengantisipasi neraca perdagangan Indonesia yang sudah mulai defisit sebesar US$676 juta di awal tahun ini. Sejauh ini, Indonesia masih mengandalkan negara-negara tradisional seperti China, Amerika Serikat, dan Jepang.

Bahkan, neraca perdagangan Indonesia dengan China pun mencatat defisit yang cukup dalam. Adapun, ekspor Indonesia ke negara tirai bambu itu tercatat US$1,92 miliar di bulan Januari kemarin sementara impornya tercatat US$3,76 miliar. Walhasil, defisit Indonesia dengan China tercatat US$1,83 miliar.

“Untuk tantangan ekspor di tahun 2018 ini memang diversifikasi. Harus jeli melihat peluang ekspor di negara-negara lain,” pungkas dia.

Menurut data BPS, ekspor ke China, Amerika Serikat, dan Jepang dengan total US$4,85 miliar mengambil pangsa pasar ekspor sebesar 36,81 persen dari total ekspor Indonesia sebesar US$14,46 miliar di bulan Januari 2018.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.