Data 21 Juta Penumpang Bocor, Lion Group Mengaku Jadi Korban

Data 21 Juta Penumpang Bocor, Lion Group Mengaku Jadi Korban

Lion Group menyebut pihaknya sebagai korban kebocoran data penumpang Malindo Air dan Thai Lion Air yang diperkirakan berjumlah puluhan juta.

“Kami dalam hal ini menjadi korban dan begitu informasi ini menjadi viral dalam bentuk screenshot, kami langsung menghubungi administrator [pihak ketiga yang menyimpan data pribadi penumpang maupun pelanggan Lion Air Group],” kata Managing Director Lion Group Capt. Daniel Putut Kuncoro Adi kepada awak media di gedung Kominfo, Kamis (19/9).

Saat kabar kebocoran data pribadi penumpang mencuat kemarin (18/9), Lion Air Group mengatakan telah mengamankan seluruh data dan menanyakan kepada pihak ketiga apakah hari ini terjadi lagi kebocoran data atau tidak.

Daniel pun memastikan bahwa data pribadi pelanggan dan penumpang mereka aman dan tidak ada lagi kebocoran.

“Kami pastikan sampai dengan saat ini data penumpang itu sudah tidak bocor lagi. Lalu, tadi sudah disampaikan ke ditjen Aptika bahwa kami melakukan class action dan legal action dengan pihak berwenang di Malaysia karena locus-nya [lokasi] itu di sana,” tuturnya.

Ketika ditanya berapa banyak data penumpang Indonesia yang diungkap oleh peretas, Daniel mengatakan belum mengetahui pasti karena proses investigasi masih dilakukan.

“Sedang dalam proses investigasi. Jadi, data-data orang Indonesia pun kita belum tahu jumlahnya berapa karena seperti yang kita semua ketahui bahwa nama-nama itu [penumpang] juga masih ditutup,” jelasnya.

Sebelumnya, perusahaan keamanan siber Kaspersky Lab melaporkan setidaknya ada 21 juta data rincian penumpang Malindo Air dan Thai Lion Air bocor dan diunggah ke forum daring. Data yang bocor itu meliputi paspor, alamat, dan nomor telepon penumpang.

Rincian data penumpang Malindo Air dan Thai Lion Air tersebut diunggah dan disimpan oleh Amazon Web Services (AWS) secara terbuka. AWS sendiri merupakan penyedia layanan data eksternal untuk Malindo Air.

“Peretas @lionairthai mengungkap database pelanggan dan penerbangan. Basis data pertama memiliki 21 juta catatan yang meliputi ID penumpang, ID pemesanan, alamat pelanggan, nomor telepon, email,” cuit akun @underthebreach.

“Basis data kedua memiliki 14 juta catatan yang meliputi nama, tanggal lahir, nomor telepon, nomor paspor, dan tanggal kadaluwarsa paspor.” [dEe]

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.