Di Soreang Ratusan Unggas Mati Mendadak
Ratusan unggas di Kampung Lebakwangi, Desa Sekarwangi, Kecamatan Soreang, mati mendadak sejak sepekan terakhir. Dinas Pertanian Kabupaten Bandung pun melakukan pemusnahan unggas mati, memberikan disinfektan serta vaksin kepada para peternak, dan sosialisasi kesehatan hewan ternak.
Pemilik peternakan bebek di Kampung Lebakwangi, Rosadi (42), mengatakan dari 200 bebek miliknya, 100 di antaranya mati sejak sepekan lalu. Dalam sehari, ada sekitar lima sampai belasan ekor yang mati secara mendadak.
“Saya tidak tahu ini mati kenapa, karena baru kali ini mati sampai banyak seperti ini. Bebek yang baru berusia dua minggu ini jalannya sempoyongan, tidak mau makan, terus mati,” kata Rosadi saat ditemui di kandang bebeknya, Rabu (22/2/2017).
Bebek yang mati secara bersamaan dan mendadak ini, katanya, kemudian dibakar dan sebagian lagi dikubur. Dia takut bebek-bebeknya terjangkit virus flu burung. Tidak hanya peternakannya yang mengalami hal tersebut, sekitar 11 peternakan bebek lainnya di kampung tersebut pun alami hal serupa.
Rosadi mengatakan telah memberikan vitamin dan vaksin kepada bebek-bebeknya yang masih sehat. Dia pun menyemprot kandang bebeknya menggunakan disinfektan untuk mengusir hama dan bakteri. Namun, tetap saja ada unggasnya yang mati.
“Sebelumnya tidak pernah seperti ini, sejak saya beternak bebek dan panen tiga kali. Tidak ada bebek dari daerah lain juga yang diternakkan di sini. Semuanya bebek sini. Mungkin penyakit ini muncul akibat cuaca yang hujan teru,” katanya.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Tisna Umaran, mengatakan secara keseluruhan berdasarkan penghitungan sampai Selasa (22/2/2017), terdapat lebih dari 200 unggas yang mati di Kampung Lebakwangi. Kejadian ini mulai terjadi sekitar 2 minggu lalu.
“Tim reaksi cepat sudah melakukan penanganan, mengambil sampel darah hewan yang mati kemudian diperiksa di laboratorium. Baru ada hasilnya Kamis (23/2) ini. Dugaan sementara, kita ambil dugaan yang terparah, yakni flu burung. Karena tanggap darurat yang kami laksanakan ini standard untuk menanggulangi flu burung,” kata Tisna.
Tisna mengatakan baru dapat memastikan penyebab kematian unggas secara serentak itu setelah mendapat hasil pemeriksaan darah unggas di laboratorium. Bisa saja, unggas yang mati tersebut terkena penyakit cekak. Sebab, katanya, gejala flu burung dan cekak ini hampir sama.
“Gejalanya sama, unggasnya tiba-tiba lemah dan tidak mau makan. Matinya serentak. Matinya dengan posisi leher melintir. Hanya saja, kalau unggas yang mati memiliki mata berwarna putih, kemungkinan besar itu flu burung, sedangkan yang mati akibat cekak matanya normal saja” katanya.
Tisna mengatakan pihaknya bersama warga memusnahkan unggas mati serentak itu dengan penguburan atau pembakaran. Bangkai unggas tersebut terlarang untuk dikonsumsi, atau dibuang begitu saja ke selokan.
“Kami memberikan vaksin dan disinfektan untuk ternak unggasnya. Penyakit ini diduga dipicu oleh kondisi cuaca dan kondisi kandang yang sanitasinya kurang baik. Kami minta masyarakat selalu menjaga kebersihan kandang, kesehatan ternaknya, juga segera melaporkan kejadian kalau ada unggas mati mendadak di daerahnya.
Sumber : Tribun