Harga BBM Pertalite dan Dexlite Naik per 20 Januari

Harga BBM Pertalite dan Dexlite Naik per 20 Januari

Harga BBM Pertalite dan Dexlite Naik per 20 Januari. PT Pertamina (Persero) mengerek harga Bahan Bakar Minyak (BBM) umum jenis Pertalite dan Dexlite. Kenaikan harga jual kedua produk tersebut berlaku per 20 Januari 2017 di seluruh Indonesia. VP Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito mengungkapkan, kenaikan itu dipicu oleh kenaikan harga minyak mentah dunia. Sebagai gambaran, tahun lalu, harga minyak mentah dunia masih di bawah US$50 per barel. Awal tahun ini, harga minyak mentah dunia telah melampaui US$60 per barel.

“Alasan kenaikan (harga Pertalite dan Dexlite), kan harga bahan bakunya naik,” ujar Adiatma. Adiatma mengingatkan, penentuan harga BBM umum, seperti Pertalite dan Dexlite merupakan wewenang perseroan. Hal ini, berbeda dengan BBM penugasan seperti premium dan solar yang ditetapkan pemerintah.

Adiatma merinci, rata-rata harga BBM umum jenis dexlite melonjak Rp200 per liter. Di Nangroe Aceh Darussalam dan DKI Jakarta, misalnya, naik dari Rp7.300 menjadi Rp7.500 per liter. Sementara itu, rata-rata harga Pertalite meningkat Rp100 per liter. Di DKI Jakarta, misalnya, harga Pertalite melonjak dari Rp7.500 menjadi Rp7.600 per liter dan di Riau naik dari Rp7.900 menjadi Rp8 ribu per liter.

Pemerintah sebelumnya memutuskan untuk menahan harga BBM penugasan untuk periode 1 Januari 2018 hingga 31 Maret 2018. Harga premium di luar wilayah Jawa, Madura, dan Bali (Jamali) saat ini dijual dengan harga Rp 6.450 per liter dan harga solar subsidi Rp 5.150 per liter, sedangkan harga premium dan solar di wilayah Jamali ditetapkan oleh Pertamina sesuai ketentuan pemerintah

Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyebut, kenaikan harga minyak dunia bisa membuat harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium merangkak ke angka Rp8.925 per liter apabila subsidi tidak ditambah.

Artinya, kenaikan harga minyak dunia bisa mengerek harga Premium sekitar 36,25 persen dari posisi saat ini di angka Rp6.550 per liter, yang biasa dibeli masyarakat.

Ekonom Indef Eko Listiyanto menjelaskan, perhitungan ini menggunakan simulasi harga keekonomian dalam situs Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas). Dalam formulasinya, digunakan nilai tukar (kurs) rupiah sebesar Rp13.321 per dolar Amerika Serikat (AS) dan harga minyak mentah Brent sebesar US$69,96 per barel.

“Dari sini, seharusnya harga keekonomian Premium sudah Rp8.925 per liter. Padahal, Premium yang dijual hari ini sekitar Rp6.550 per liter. Ini artinya ada gap yang disubsidi oleh pemerintah,” kata Eko.

Estimasi ini, sambungnya, menunjukkan bahwa pemerintah selama ini menanggung beban dari harga keekonomian yang seharusnya ditanggung masyarakat melalui pemberian subsidi. Namun, beban subsidi itu tak bisa dikurangi pemerintah.

Sebab, meski ada kenaikan harga minyak dunia, pemerintah perlu memikirkan pula dampaknya pada daya beli masyarakat bila menaikkan harga Premium. Untuk itu, Eko melihat, pemerintah perlu kembali menambah alokasi anggaran untuk subsidi BBM tersebut.

Di sisi lain, dengan formulasi yang sama, Eko menjelaskan, harga keekonomian untuk minyak tanah seharusnya sudah di angka Rp7.592 per liter dan harga solar seharusnya sudah Rp9.058 per liter.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.