ITB Ciptakan Teknologi untuk Bersihkan Sungai Citarum

ITB Ciptakan Teknologi untuk Bersihkan Sungai Citarum

ITB Ciptakan Teknologi untuk Bersihkan Sungai Citarum. Rektor ITB (Institut Teknologi Bandung) Kadarsah Suryadi menuturkan, ITB telah menciptakan aplikasi teknologi lingkungan yang dapat digunakan untuk restorasi Sungai Citarum. Subdit Humas dan Publikasi ITB, Sabtu 20 Januari 2018 menyatakan, hal tersebut disampaikan Kadarsah Suryadi saat menjadi pembicara pada Sosialisasi Program Citarum Harum Tahun 2018 yang diadakan Kodam III Siliwangi, di Graha Tirta Siliwangi Bandung.

Menurut Kadarsah Suryadi, pakar ITB telah meneliti, membuat, dan mengaplikasikan teknologi untuk mengatasi limbah cair dan juga limbah sampah rumah tangga. ITB memiliki dua mesin pengolah bricket yang dapat mengolah sampah rumah tangga dengan kapasitas maksimal masing-masing 25 kilogram dan 100 kilogram per hari.

Mesin itu merupakan hasil riset mahasiswa dan dosen dari Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB. Proses Pengolahan limbah cair domestik menggunakan Bio-Septik tank yang sudah diterapkan di kompleks permukiman Dago Pojok. Di kompleks asrama kampus Jatinangor, ITB juga sudah mengaplikasikan sistem Johkasou dari hasil riset teknik lingkungan.

Limbah peternakan dapat diolah menggunakan teknologi biodigester yang memproses kotoran ternak atau tinja manusia menjadi biogas. Biogas itu bermanfaat untuk keperluan memasak sebagai pengganti gas elpiji dalam rumah tangga. Perhatian khusus perlu ditujukan bagi industri yang masih memiliki rapor merah akibat memproduksi limbah yang tidak sesuai dengan aturan dan ketentuan baku. Demikian diberitakan Antara.

Kadarsah Suryadi merekomendasikan adanya revitasi IPAL (instalasi pengolahan air limbah) industri melalui konsultasi teknis. Modifikasi IPAL dilakukan bersama para insinyur teknik sipil, teknik lingkungan, dan kimia. Pelatihan teknologi produksi bersih bagi industri dilakukan agar industri tersebut mampu mengurangi, menggunakan kembali, serta melakukan daur ulang sampah industrinya.

Ilmuwan ITB juga berhasil mengembangbiakkan bakteri pemakan limbah seperti immobilize alive petrophilic bacteria dan immobilized alive aerobic bacteria. Dalam acara itu, Kadarsah menjelaskan kondisi Sungai Citarum dengan menampilkan peta kondisi geografis Sungai Citarum yang diperoleh dari hasil penelitian teknik geodesi dan geomatika.

Dia menuturkan bahwa kebutuhan pangan, energi, dan air berasal dari air Sungai Citarum. Pertanian, perikanan, dan peternakan sudah semestinya dapat hidup berkat aliran air anak Sungai Citarum.

Dari hulu sampai ke hilir Sungai Citarum, dapat ditemui Waduk Saguling, Waduk Cirata, dan Waduk Jatiluhur yang menghasilkan energi listrik sekitar 1.188 Mega Watt dan sekitar 20,7 juta warga dihidupi oleh aliran anak Sungai Citarum.

Menurut dia, limbah industri, limbah domestik, limbah rumah tangga, limbah kotoran ternak, tinja manusia, dan erusi serta sedimentasi merupakan akar masalah pencemaran air Sungai Citarum. “Tingkat turunnya mutu air Sungai Citarum akibat limbah tersebut tidak hanya dapat dilihat dari kuantitas air limbah melainkan juga kualitas air limbah,” kata dia.

Limbah industri, meskipun kuantitasnya lebih sedikit dibandingkan limbah rumah tangga, kualitas pencemarannya lebih tinggi sehingga membutuhkan proses yang lebih lama untuk memperbaikinya. “Mutu air sungai menentukan apakah air tersebut dapat digunakan untuk keperluan air minum, sarana rekreasi air, peternakan, dan budidaya ikan air tawar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.