Karyawan Nilai Kerja Hybrid Lebih Efektif
Microsoft merilis laporan Work Trend Index tahunan keduanya, bertajuk “Great Expectations: Making Hybrid Work Work.”
Laporan tersebut memberikan analisis agar dapat mengakomodasi organisasi untuk terus berkembang di tengah perubahan dan disrupsi kerja yang berlangsung. Sebanyak 31.000 orang dari 31 negara, termasuk Indonesia, menjadi responden laporan.
“Kita tidak lagi sama seperti kita yang baru mulai bekerja dari rumah pada awal tahun 2020. Dua tahun terakhir telah mengubah cara kita memaknai pekerjaan dalam kehidupan secara signifikan,” kata ujar Wahjudi Purnama, Modern Work & Security Business Group Lead Microsoft Indonesia.
“Maka dari itu, tantangan bagi setiap organisasi adalah untuk bisa memenuhi ekspektasi para karyawan, sambil menyeimbangkannya dengan pencapaian bisnis di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu.”
Sebanyak 48 persen karyawan di Indonesia mengatakan mereka cenderung lebih memprioritaskan kesehatan dibandingkan pekerjaan, daripada sebelum pandemi. Sementara 53 persen Gen Z serta Milenial di Indonesia agak atau sangat mungkin mempertimbangkan untuk pindah kerja pada tahun ini.
Sebanyak 60 persen pemimpin di Indonesia mengatakan perusahaan mereka berencana untuk kembali ke mode kerja dari kantor (WFO) secara penuh pada tahun depan, lebih tinggi dibandingkan data global yang berada di 50 persen. Namun, 66 persen pekerja di Indonesia lebih mempertimbangkan untuk beralih ke kerja remote atau hybrid.
Sebanyak 41 persen karyawan hybrid di Indonesia mengatakan tantangan terbesar mereka adalah mengetahui kapan dan mengapa mereka harus datang ke kantor, sementara hanya 40 persen pemimpin telah membuat kesepakatan tim untuk mendefinisikan norma-norma baru ini.
Pekerjaan yang fleksibel bukan berarti harus “selalu standby”. Sebanyak 62 persen karyawan di Indonesia terbuka untuk menggunakan ruang imersif digital sebagai sarana meeting, lebih tinggi dibandingkan data global yang ada di angka 52 persen.
Membangun kembali social capital terlihat berbeda di dunia hybrid. Sebanyak 49 persen pemimpin di Indonesia mengatakan membangun hubungan adalah tantangan terbesar dalam era kerja hybrid.
Selain itu, 65 persen pekerja pandemi di Indonesia sedang mempertimbangkan untuk berganti perusahaan pada tahun depan, dibandingkan 56 persen secara global.
“Tidak ada cara untuk bisa melupakan apa yang kita alami selama dua tahun terakhir, atau dampaknya terhadap hidup kita, karena fleksibilitas dan wellbeing telah menjadi hal yang tidak bisa kita kompromikan.”
“Dengan menyambut dan beradaptasi terhadap ekspektasi baru tersebut, organisasi justru dapat menyiapkan setiap karyawan dan bisnisnya untuk meraih kesuksesan jangka panjang,” lanjut Wahjudi.