Kaspersky Tanggapi Kebijakan Privasi Baru WhatsApp
Kebijakan privasi baru WhatsApp menimbulkan pertanyaan di kalangan masyarakat terkait keamanan data mereka. Sebagai pengingat, WhatsApp meminta pengguna memberikan izin untuk berbagi data dengan Facebook jika ingin tetap ingin menggunakan layanannya.
WhatsApp telah memberikan penjelasan untuk menjawab kekhawatiran masyarakat, menegaskan bahwa kebijakan privasi baru ini ditujukan untuk pengguna layanan WhatsApp versi bisnis.
Meskipun demikian, kebijakan privasi baru WhatsApp ini masih menarik perhatian sejumlah pihak, tidak terkecuali perusahaan yang bergerak di bidang keamanan siber berkantor pusat di Moscow Rusia, yaitu Kaspersky.
“Nyatanya memang tidak ada yang sepenuhnya tidak berbayar, dan, sayangnya, model bisnis saat ini untuk layanan gratis berarti, kita membayarnya dengan data kita. Jejaring sosial, beberapa messenger dan mesin pencari menghasilkan uang dari iklan, dan apabila semakin dipersonalisasi semakin baik,” ujar peneliti senior Kaspersky Anna Larkina.
Larkina juga berkomentar bahwa faktanya, Facebook dan perusahaan lain telah melakukan hal tersebut melalui layanannya selama beberapa tahun terakhir. Namun pemanfaatan data oleh perusahaan tersebut dinilai Larkina tidak melulu merupakan hal negatif, tapi juga memiliki segi positif.
Tindakan tersebut dijelaskan Larkina memiliki dua segi positif, yaitu bahwa sebagian besar perusahaan, termasuk Facebook, bersikap transparan tentang kebijakannya, dan bahwa WhatsApp tidak membaca percakapan pengguna karena menyertakan enkripsi end-to-end. Dan hanya menelusuri informasi teknis dan akun.
Lebih lanjut Larkina menjelaskan bahwa di masa mendatang, integrasi antara Facebook dan WhatsApp akan terus meningkat, dan pengguna perlu memutuskan tingkat berbagi informasi yang mereka kehendaki dan aplikasi perpesanan mana yang mereka sukai.
Dengan ketersediaan berbagai platform perpesanan alternatif, saat ini pengguna dapat memutuskan layanan terbaik untuk mereka. Peneliti ancaman seluler di Kaspersky Victor Chebyshev mengatakan bahwa sebagian besar aplikasi perpesanan saat ini relatif aman karena menggunakan enkripsi saat mengirim pesan.
Pada perangkat iOS, Chebyshev menyebut bahwa fakta ini membuat aplikasi layanan komunikasi tersebut sangat andal. Namun, Chebyshev mengingatkan pengguna menyoal peluang menghadapi serangan pada perangkat atau upaya untuk menginfeksinya oleh pelaku kejahatan siber.
Karenanya, lanjut Chebyshev, situasi pada perangkat Android sedikit berbeda, salah satunya mungkin disebabkan oleh kehadiran Layanan Aksesibilitas bawaan. Pelaku kejahatan siber diketahui telah memanfaatkan kemampuan layanan ini untuk mengumpulkan data pengguna.
Secara khusus, Kaspersky mengaku menemukan stalkerware yang dapat menerima teks pesan masuk dan keluar dari layanan pesan instan menggunakan fungsi standar ini pada tahun lalu. Oleh karena itu, Kaspersky menyarankan pengguna untuk mematuhi sejumlah aturan guna melindungi data mereka.
Aturan tersebut termasuk untuk tidak mengunduh messenger dan program lain dari sumber pihak ketiga. Gunakan hanya pasar aplikasi resmi, dan jika memungkinkan, baca dengan seksama dengan perjanjian pengguna. Ada situasi ketika pengembang aplikasi secara terbuka memperingatkan bahwa mereka dapat membagikan data pengguna dengan pihak ketiga.
Selain itu, pengguna juga disarankan untuk tidak mengikuti tautan mencurigakan dari pesan, meski dikirimkan oleh kolega terpercaya. Pengguna juga disarankan untuk menggunakan solusi keamanan jika memungkinkan pada perangkat seluler.
Pengguna juga disarankan untuk memperhatikan izin yang diminta aplikasi untuk diunduh. Jika izin yang diminta tidak diperlukan untuk memungkinkan aplikasi berfungsi secara penuh, maka pengguna memiliki alasan untuk waspada. Misalnya, aplikasi senter atau flashlight jelas tidak membutuhkan akses ke mikrofon.