Kebutuhan Daging di Bandung Barat Tercukupi Hingga Lebaran
Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskanak) Kabupaten Bandung Barat menjamin kebutuhan daging terpenuhi hingga Juni mendatang. Termasuk kebutuhan daging selama Ramadan hingga Lebaran. Di samping memiliki ketersediaan daging yang melebihi kebutuhan, masih ada pula stok daging beku yang diimpor dari luar negeri.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Diskanak KBB Agus Rachmat menyebutkan, kebutuhan daging bagi sekitar 1,6 juta penduduk Bandung Barat per triwulan ialah sekitar 3,36 juta kilogram. Sementara ketersediaan daging per triwulan yaitu sekitar 6,94 juta kilogram.
“Jadi ada selisih sekitar 3,57 juta kilogram. Untuk ketersediaan daging ini jadi sangat mencukupi sampai Ramadan, bahkan Lebaran. Ketersediaan daging ini ialah untuk daging unggas atau daging ayam, dan daging ruminansia atau daging sapi,” kata Agus di kantornya, Ngamprah, Rabu, 17 Mei 2017.
Dia merincikan, ketersediaan daging unggas ialah sekitar 6 juta kilogram, sedangkan kebutuhannya sekitar 2,47 kilogram, sehingga terdapat selisih 3,53 juta kilogram. Sementara ketersediaan daging ruminansia ialah sekitar 940 ribu kilogram, sedangkan kebutuhannya sekitar 891 ribu kilogram, jadi terdapat selisih 49 ribu kilogram.
Ketersediaan daging tersebut, kata dia, berasal dari populasi sapi potong lokal sebanyak 1.200 ekor dan sapi potong impor sebanyak 3.500 ekor, dengan tingkat produksi 200 kilogram daging per ekor. Adapun tingkat produksi daging ayam ialah 1 kilogram per ekor, sehingga dari populasi 6 juta ayam dihasilkan 6 juta kilogram daging.
“Kalau untuk telur ayam, ketersediaannya sekitar 905,2 ribu kilogram, sedangkan kebutuhannya sekitar 895 ribu kilogram. Jadi ada selisih 10 ribu kilogram. Untuk produksinya, dari populasi ayam sekitar 186 ribu ekor, maka produksi telurnya yaitu 148,8 ribu butir per hari atau 905,2 ribu kilogram per triwulan,” terangnya.
Daging Kerbau
Kepala Seksi Zoonosis Diskanak KBB Acep Rohimat menambahkan, ketersediaan daging di Bandung Barat masih ditambah dengan stok daging dapi dan kerbau beku, yang dimiliki oleh perusahaan importir di Padalarang.
“Saya baru dari lapangan. Yang sudah ril itu ada 30 ton daging beku. Itu per hari ini, tapi buat Ramadan kemungkinan akan bertambah,” katanya.
Menurut dia, daging kerbau beku di perusahaan itu diimpor dari India, dengan jumlah 6 ton. Sisanya, kata dia, ialah daging sapi beku asal Australia.
“Kemungkinan nanti akan ditambah, karena biasanya daging beku itu banyak dicari setelah Lebaran. Soalnya, harganya relatif lebih murah dibandingkan daging segar. Apalagi, di gudang perusahaan yang ada di Jalan Panaris, kapasitasnya itu 80 ton,” katanya.
Acep menilai, masyarakat di Jawa Barat memang relatif belum terbiasa mengonsumsi daging kerbau. Meskipun begitu, di sejumlah pasar tradisional dapat ditemukan daging kerbau yang dijual.
“Di Jabar daging kerbau belum familiar, tapi di Banten lebih banyak yang cari daging kerbau. Dibandung daging sapi, daging kerbau itu seratnya lebih besar dan warnanya lebih merah. Rasanya sih tidak ada perbedaan dengan daging sapi,” katanya.***