‘Kiamat’ ATM di Depan Mata, BI Ungkap Fakta Baru

‘Kiamat’ ATM di Depan Mata, BI Ungkap Fakta Baru

Disrupsi digital dan kehadiran pandemi Covid-19 dalam dua tahun terakhir turut mempengaruhi kebiasaan para nasabah untuk melakukan transaksi.

Data terbaru Bank Indonesia (BI) menunjukkan, masyarakat semakin mengurangi transaksi melalui mesin anjungan tunai mandiri (ATM) dan beralih menggunakan transaksi secara daring.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengemukakan transaksi ekonomi dan keuangan digital terus berkembang pesat seiring meningkatnya akseptasi dan preferensi masyarakat.

“Terutama dalam berbelanja daring, perluasan dan kemudahan sistem pembayaran digital serta akselerasi digital banking,” kata Perry, dalam konferensi pers, dikutip Minggu.

Data bank sentral per Januari 2022, nilai transaksi uang elektronik tumbuh 66,65% secara tahunan mencapai Rp 34,6 triliun. Sementara itu, nilai transaksi digital banking meningkat 62,82% secara tahunan menjadi 4.314,3 triliun.

Merujuk pada data bank sentral, nilai transaksi pembayaran menggunakan ATM, kartu debet dan kartu kredit memang masih mengalami pertumbuhan, namun tidak sebesar transaksi digital.

“[Transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, debet dan kredit] tumbuh 14,39% yoy menjadi Rp 711,2 triliun,” jelasnya.

Selain itu, BI juga mencatat bahwa transaksi melalui QRIS terus meningkat sejalan dengan akseptasi masyarakat baik secara nominal maupun volume masing-masing 290% yoy dan 326% yoy.

“Bank Indonesia terus mendorong inovasi sistem pembayaran serta menjaga kelancaran dan keandalan sistem pembayaran,” kata Perry.

Pada kesempatan yang berbeda, Ketua Perhimpunan Bank Nasinal (Perbanas) Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan ancaman besar ATM berasal dari meningkatnya transaksi pembayaran digital di Indonesia yang terjadi dalam enam tahun terakhir.

“Tantangan bank sekarang adalah bagaimana mempensiunkan model lama contohnya ATM. Bagaimana dengan masa depan ATM, apakah masih relevan?akankah dihapus ketika tidak ada lagi transaksi transaksi tunai area publik?” ujar Kartika dalam Kartika dalam ‘side event’ G20 Indonesia “Casual Talks on Digital Payment Innovation”.

Katika menambahkan dalam pesatnya penggunaan pembayaran digital, perlu juga diperhatikan bisnis acquiring perbankan (kerja dengan dengan pedagang dalam memproses data alat Pembayaran Menggunakan Kartu yang diterbitkan oleh pihak lain) sebab hampir semua bank memiliki bisnis acquiring dengan menggunakan POS (point of sales) dan EDC (electronic data capture). Pertanyaannya apakah hal ini tetap menjadi keunggulan kompetitif atau ini menjadi komoditas.

“Konsumen sekarang yang paling diuntungkan dari perubahan ini karena 5 tahun lalu ada tiga jenis pembayaran, melalui transfer, kartu debit atau kartu kredit. Sekarang ada cara lain menggunakan dompet digital, aplikasi digital dan lainnya. Jadi bagi pengguna bisa memilih mana yang paling murah dan paling mudah digunakan dalam bertransaksi. Segmen yang berbeda memiliki preferensi berbeda,” terangnya.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.