Kolam dan Air Terjun Akan Hiasi Alun-alun Cicendo
Kolam dan Air Terjun Akan Hiasi Alun-alun Cicendo. Alun-alun Cicendo akan mengangkat unsur besi sebagai tema lokalitas yang mewakili pengusaha besi di sekitarnya. Area alun-alun yang luasnya hampir sama dengan Alun-alun Ujung Berung ini akan diisi 6 karya seni berbahan besi dari 6 seniman lokal.
“Seluruh dinding yang digunakan dalam Alun-alun Cicendo ini muncul dengan tampilan natural, mewakili kerja sama dengan tukang besi sekitar,” ujar Arsitek Senior SHAU Architect Rizki Supratman, di Bandung, Rabu, 1 November 2017.
Seperti diberitakan sebelumnya, proyek Alun-alun Cicendo yang berada di sudut Jalan Komodor Udara Supadio-Jalan Aruna, Kelurahan Husein Sastranegara, Kecamatan Cicendo, sudah mulai dikerjakan. Namun, luas alun-alun ini mencapai 5 ribu meter persegi, sekaligus ralat pemberitaan sebelumnya yang tertulis lahan seluas sekitar 8 ribu meter persegi.
Lokasinya berada di hook, tepat di depan bundaran simpang Jalan Aruna-Jalan Jatayu- Jalan Komodor Udara Supadio. Di ujung pertemuan ketiga jalan itu adalah gerbang utamanya, dengan area terbuka luas 71 meter persegi dan dihiasi tangga batu andesit.
Sesampainya di permukaan alun-alun, pengunjung akan disambut air terjun cantik. Di area itu juga terdapat Art Market (pasar seni) seluas 543 meter persegi yang berisi 24 kios seni. Selain kios berisi karya para seniman, terdapat ruang komunitas lengkap dengan atap peneduh yang bisa diisi segala jenis kegiatan.
Semakin ke tengah, kata Rizki, ada pavilion yang jika dari gerbang utama berfungsi menyambut pengunjung. Sementara di baliknya menjadi tribun untuk menyaksikan pertunjukan di lapangan utama.
“Sebagian besar area diisi oleh area rerumputan, paduan grass block dan paving. Termasuk untuk lapangan utama. Aparat kewilayahan juga sudah menyiapkan sejumlah kegiatan, acara, pagelaran seni, untuk mengisi lapangan seluas 939 meter persegi ini,” tutur Rizki.
Selain lapangan utama, alun-alun mewakili wilayah barat Bandung ini juga menyediakan mini ampiteater di area utara seluas 132 meter persegi. Di ujung kawasan, dibangun dek kayu seluas 700 meter persegi. Dengan perbedaan tinggi dua meter di atas mini ampiteater, pengunjung bisa menengok seluruh area alun-alun.
“Di dek itu ada bangku dengan pohon yang muncul dari area koridor kios di bawahnya. Dek ini menjadi atap bagi 67 kios di bawahnya, serta kantor, musala, toilet, plus toilet khusus difabel, 5 parkir mobil, dan 20an parkir motor.
Rizki menjelaskan, Alun-alun Cicendo juga dirancang untuk berbagai segmen. Disediakan kolam cetek bagi anak-anak mirip yang ada di Taman Sejarah. Yang unik, area kolam seluas 313 meter persegi ini tak hanya menyajikan kolam lebar, tetapi dilengkapi ngarai (canyon). Dengan diapit dinding setinggi dua meter dan lebar 1,6 meter, lorong ngarai ini dibentuk memanjang hingga 15 meter.
“Anak-anak diajak berimajinasi menjelajahi ruang, bisa bertukar suasana antara bertualang di ngarai, menjelajahi sungai, bertemu ruang air yang besar, dan bisa memutar lagi,” kata Rizki.
Bagi pengunjung pengguna kursi roda bisa mengakses pintu masuk dari Jalan Komodor Udara Supadio, dan disediakan jalur landai untuk mengakses area lainnya. Para lansia juga disediakan Zen Area, dengan dipisah tembok setinggi 2,8 meter untuk memanfaatkan ketenangan ruang.
Penyuka olah raga juga disediakan skate park seluas 200 meter persegi, dengan arena mangkuk dan rintangan luncur besi, serta lapangan basket seluas 162 meter persegi. Jalur pedestrian di area luar kawasan juga direvitalisasi dengan perbaikan gorong-gorong dan saluran drainase.
“Hampir seluruh area dipisah oleh tangga berundak untuk membagi perbedaan ketinggian. Tujuannya agar pengunjung tidak terkotak pada zona di setiap kegiatan yang diaktifkan. Maka, area yang terbuka ini bisa difungsikan komunal atapun menyatu,” ujar Rizki