Kualitas Udara Bisa Dipantau Lewat Aplikasi Smartphone
Greenpeace Indonesia baru-baru ini meluncurkan aplikasi UdaraKita yang berfungsi untuk mengukur kualitas udara. Aplikasi tersebut akan menampilkan indeks kualitas udara (AQI), kandungan PM 2.5, dan PM 10 dalam udara secara real time.
Penggunaan aplikasi UdaraKita membutuhkan alat pengukur kualitas udara bernama Laser Egg. Cara kerja alat ini persis seperti exhaust fan karena memiliki kipas kecil di dalamnya. Kipas kecil itu menghisap udara yang kemudian partikelnya akan dibaca oleh laser dalam alat tersebut. Alat ini kemudian langsung mengkalkulasi AQI serta berapa jumlah kandungan PM 10 dan PM 2.5.
Data yang diperoleh oleh Laser Egg kemudian secara real time diteruskan ke aplikasi UdaraKita. Aplikasi ini memakai standar AQI Amerika Serikat, bukan AQI China. Alasannya, karena kondisi udara di Indonesia tidak seburuk China.
Yang membedakan antara AQI Amerika dan China adalah standar angka untuk mengukur kadar PM 2.5.
Misalnya, kadar PM 2.5 yang masuk dalam kategori normal versi AQI Amerika berada di angka 15, sedangkan pada AQI China berada di angka 35.
Saat ini, Greenpeace Indonesia sudah menyebar Laser Egg di 50 titik. Alat tersebut masih dipasang di beberapa rumah staf Greenpeace karena membutuhkan koneksi Wi-Fi.
“Alat itu sudah kita sebarkan ke relawan yang sukarela menaruhnya di rumah. Kami anjurkan sebisa mungkin alat itu ditaruh di tempat yang terekspos udara, seperti di teras, di balkon, misalnya. Atau di atas rumah, yang tidak terganggu pembakaran sampah, pembakaran kompor, segala macam,” ujar Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Bondan Andriyanu.
Bagi calon relawan yang ingin menggunakan aplikasi UdaraKita, harus terlebih dahulu membeli Laser Egg. Alat ini sudah dijual bebas di beberapa e-commerce dan harganya berkisar Rp 1.495.000.
Setelahnya, calon relawan harus memberitahu pihak Greenpeace Indonesia. Mereka akan memberikan sejumlah syarat yang harus dipenuhi mulai dari tempat pemasangan Laser Egg hingga teknis pemasangan alat. Tujuannya agar data yang didapat lebih akurat.
Bila tahapan ini sudah selesai, calon relawan cukup memberitahu lokasi serta barcode yang tertera pada alat tersebut kepada Greenpeace Indonesia.
Selanjutnya, barcode dan lokasi itu akan dimasukkan dalam sistem dan relawan sudah bisa online memantau kualitas udara melalui aplikasi. Pemantauan kualitas udara juga bisa langsung dibagikan ke media sosial seperti Twitter.
Bondan menjelaskan pihaknya memang cukup selektif terkait pemberian akses untuk memantau kualitas udara melalui UdaraKita.
Data yang terekam harus bisa dipertanggungjawabkan. Itu sebabnya 50 Laser Egg yang mereka sebar bukan ditempakan di rumah sembarang orang, melainkan di beberapa rumah staf Greenpeace Indonesia. Masyarakat umum bisa ikut berpartisipasi, namun tetap harus melalui proses verifikasi yang dilakukan Greenpeace Indonesia.
Sumber : Tribun