Kurikulum Perguruan Tinggi Belum Match dengan Industri
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir mengakui, kurikulum di Perguruan Tinggi (PT) saat ini masih belum link and match dengan industri. Hal ini akan menjadi perhatian pemerintah ke depan.
“Saya rasa produktivitas kita belum tinggi kalau lihat dari PT. Katakan yang lulus di PT masuk di dunia usaha berapa, mereka bekerja tapi bukan di bidang ilmunya. Nah ini masalahnya, bagaimana bisa menyambung,” kata Nasir di Talkshow Musyarawah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) Bappenas di Hotel Shangri-La, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis 9 Mei 2019.
Ia menuturkan dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) harus ada link and match antara PT dengan industri. Sehingga PT tak lagi meluluskan sarjana pengangguran.
“Masalah link and match di dunia industri maka yang di PT riset lakukan pun harus bisa menghasilkan inovasi, karena inovasi ini yang akan menjadi daya saing bangsa. Link and match ini harus nyambung,” ujar Mantan Rektor Terpilih Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ini.
Di samping itu, PT harus bisa menghasilkan tenaga kerja yang profesional. Khususnya lulusan pendidikan vokasi. Dengan pendidikan akademik, masing-masing harus melakukan pengembangan riset yang bisa menghasilkan inovasi.
“Inovasi yang bisa dimanfaatkan untuk industri. Kalau inovasinya tidak bermanfaat bagi industri, ini masalah. Ini yang harus kita link-kan terus,” paparnya.
Ia menuturkan agar PT bisa menghasilkan startup yang berinovasi. “Makin banyak startup yang dihasilkan berarti makin mendorong ekonomi bergerak dengan baik. PT harus bisa menciptakan inovasi,” pungkasnya. [dEe]