LAPAN Tanggapi Isu Bumi Datar dan Konspirasi NASA
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menanggapi dua isu yang masih hangat diperbincangkan yakni bumi datar dan konspirasi Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) soal pendaratan manusia di Bulan.
Ketua LAPAN Thomas Djamaluddin menyebut dirinya pernah mengajak komunitas penganut Bumi datar datang mengunjungi kantor LAPAN untuk membahas soal bentuk Bumi.
“Jadi saya sempat menanggapi orang yang menganggap bahwa Bumi itu datar, termasuk juga diundang ke LAPAN karena mereka di media sosialnya menyatakan menantang NASA untuk berdebat. Saya waktu itu ya tidak usah jauh-jauh ke NASA, kalau mau berdebat ya dengan LAPAN saja,” kata Thomas kepada CNNIndonesia.com di kantor LAPAN, Jakarta, Senin (19/8).
Thomas menceritakan para penganut bumi datar tersebut bersedia dan datang ke kantor LAPAN. Dalam kesempatan tersebut, Thomas menjelaskan masalah utama anggapan bumi datar adalah ketidakpercayaan pada keberadaan gravitasi.
“Akhirnya saya jelaskan, masalah utama anggapan bahwa Bumi datar termasuk tidak percaya adanya satelit, itu ketidakpercayaan pada keberadaan gravitasi,” lanjut dia.
Thomas pun menegaskan mengapa Bumi dan benda-benda langit lain seperti planet berbentuk bulat karena terjadi gravitasi. Oleh sebab itu, manusia dapat menggunakan wahana satelit. Sebab, prinsip kerja satelit memanfaatkan gravitasi Bumi.
Maka ketika ada individu atau sekelompok orang yang tidak mempercayai bentuk Bumi itu bulat, mereka dianggap mengingkari apa yang mereka gunakan. Misal, menggunakan ponsel untuk kegiatan browsing internet.
“Broadcasting juga mereka bisa nonton tv, sekarang tidak ada tv yang tidak menggunakan satelit. Semua tv menggunakan satelit,” ucap Thomas.
Menurut Thomas, jika masih ada segelintir masyarakat berpikir bahwa Bumi itu berbentuk datar, publik harus diberikan edukasi soal aspek sains dan bagaimana mereka memperoleh informasi.
“Internet sekarang ini bisa digunakan untuk mencari ilmu tapi bisa juga digunakan untuk membohongi. Oleh karenanya, publik harus dilatih juga mengambil mutiara diantara sampah-sampah yang bertebaran di internet,” jelasnya.
Isu Konspirasi NASA
Menyoal konspirasi NASA soal pendaratan manusia ke permukaan Bulan atau lebih dikenal dengan misi Apollo, LAPAN menilai isu ini sangat mudah dibantah.
Pasalnya, tahun 1960-an merupakan masa perang dingin antara Uni Soviet (sekarang Rusia) dan Amerika. Sebab saat itu Rusia merupakan negara pertama di dunia yang meluncurkan satelit dan kosmonaut pertama ke luar angkasa.
Jika pendaratan Neil Armstrong dan Buzz Aldrin ke permukaan Bulan disebut sebagai buatan Hollywood, maka Rusia akan langsung membantah dan NASA juga akan menjadi bulan-bulanan internasional.
“Jadi itu, [pendaratan manusia ke Bulan] tidak mungkin rekayasa. Tidak mungkin sekian banyak ilmuwan mau dibohongi oleh NASA karena harus dibuktikan secara ilmiah bagaimana sih proses atau setidaknya meluncurkan wahana Apollo sampai dengan Bulan,” jelas Thomas.