Pemanfaatan Telemedicine Antisipasi Kurangnya Tenaga Spesialis
Bandung – Masih belum meratanya dokter spesialis tidak menyurutkan semangat Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam menyediakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat didaerahnya. Diketahui kini pemerintah setempat mengembangkan teknologi telemedicine.
Melalui layanan ini, pasien tidak perlu lagi melakukan pemeriksaan dengan mendatangi puskesmas melainkan dapat melalui perangkat teknologi.
Pengembangan telemedicine ini sudah dilakukan sejak 2016 lalu. Teknologi ini merupakan bantuan dari Tim Faster Botten, Swedia yang merupakan program kerja sama Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan Universitas Umeo, Swedia.
Teknologi jni telah diuji coba di lima puskesmas yakni, Puskesmas Playen 1, Ngawen 1, Semanu 1, Nglipar 1 dan Rongkop.
Namun, ada sqtu puskesmas yang belum mencicipi teknologi ini dikarenakan belum memiliki alat penunjang telemedicine, di antaranya timbangan berbasis bluetooth, stetoskop bluetooth, tablet dan tensimeter digital.
Teknologi telemedicine yang dikembangkan di Gunungkidul berbeda dengan metode di Swedia. Di negara Swedia, pasien bisa langsung bertemu dokter melalui internet setiap saat dan di mana saja. Namun di sini, ada penjadwalan dan dilakukan pemeriksaan dulu di puskesmas.
Teknologi ini mirip dengan telekonferensi tapi dikhususkan untuk konsultasi medis, yang juga ditunjang dengan adanya alat penunjang medis berteknologi bluetooth. Jadi dokter yang terhubung bisa mendiagnosis apa sebenarnya sakit yang diderita pasien tanpa bertemu langsung.
Dalam pengembangan teknologi ini masih menemukan kendala yakni belum meratanya jaringan telekomunikasi di pelosok Gunungkidul. Telemedicine membutuhkan jaringan telekomunikasi yang kuat. [wid]