Peniup Terompet Sunda Masuk Rekor Muri
Kategori rekor Muri yang dipecahkan tepatnya adalah memainkan terompet tradisional Sunda terbanyak. Senior Manager Muri, Awan Suwargo, memastikan bahwa pencetakan rekor baru di bidang memainkan alat musik terompet tradisional terbanyak belum pernah ada. Rekor Muri mencatat sejarah baru. Sebanyak 73 orang peniup terompet tradisional Sunda yang bermain serentak dalam waktu 1 jam memecahkan rekor Muri. Catatan itudilakukan saat peringatan Hari Jadi ke-376 Kabupaten Bandung di Soreang, Kamis 20 April 2017.
Setelah dilakukan verifikasi, maka diperoleh data jumlah pemain terompet tradisional Sunda yang terlibat dalam pencetakan rekor baru itu sebanyak 73 orang. Sejumlah seniman tradisional ini memainkan terompetnya secara serentak dalam kurun waktu sekitar 1 jam. Tak hanya itu, para seniman ini pun mampu mengolaborasikan alunan nada musik tradisional dengan iringan suara alat musik modern.
“Setelah melalui rangkaian verifikasi dalam pencatatan rekor baru ini, kami dengan bangga menyerahkan piagam rekor Muri kepada Kabupaten Bandung. Mereka berhasil membuat rekor baru kategori pemain terompet tradisional terbanyak. Kategori ini belum pernah ada di Indonesia. Ini prestasi bagi Kabupaten Bandung,” ungkap Awan seusai penyerahan piagam MURI di Plasa Upakarti Soreang.
Penggagas ide pembuatan rekor Muri ini yang merupakan seniman terompet tradisional Sunda, Yoyon Darsono. Ia mengaku bangga dengan torehan prestasi tersebut. Pencetakan rekor tersebut, kata dia, sebagai kado untuk Kabupaten Bandung yang memperingati hari jadinya yang ke-376. Dia pun mengaku akan terus melakukan berbagai inovasi untuk mengangkat budaya Sunda Kabupaten Bandung ke kancah yang lebih tinggi.
Bupati Bandung Dadang M. Naser mengungkapkan, ia sengaja melibatkan para pelaku seni peniup terompet tradisional Sunda di Kabupaten Bandung ini untuk terus memelihara kelestarian budaya tradisional. Dikatakan bupati, keberadaan pelaku seni peniup terompet tradisional Sunda di Kabupaten Bandung saat ini, sudah jarang ditemukan. Bahkan, hampir di setiap pertunjukan kesenian tradisional Sunda, lanjut Dadang, peniup terompet tradisional ini hanya diisi oleh orang yang sama.
Dalam proses pencetakan rekor baru ini, para peniup terompet tradisional yang mengenakan pangsi hitam dan iket ini, berkolaborasi dengan kelompok pemain marching band lengkap dengan alat musik moderennya. Dua kelompok berbeda jaman ini mampu memanjakan telinga para hadirin yang menyaksikan pergelaran tersebut. Beberapa lantunan lagu tradisional berhasil dibawakan dengan apik oleh dua kelompok musik ini.
Menambah kemeriahan, dilakukan pula pertunjukan pencak silat yang ditampilkan salah satu perguruan pencak silat di Kabupaten Bandung. Menariknya, para peserta pencak silat ini merupakan anak-anak yang berusia antara 8 tahun hingga 12 tahun yang berhasil membuat kagum para penonton.
Sumber : PikiranRakyat