Prediksi Microsoft Soal Bekerja di Masa New Normal
Microsoft bekerja sama dengan TechRepublic Premium, menganalisis dampak pandemi terhadap gaya kerja, operasi bisnis, dan bagaimana situasi pandemi telah mempercepat peningkatan adopsi teknologi secara keseluruhan.
Microsoft melakukan studi kualitatif berjudul “Transitioning Asia-Pacific to a New Normal of Work”, memberikan para pemimpin bisnis di berbagai industri untuk berbagi wawasan mereka tentang bagaimana budaya organisasi di Asia-Pasifik berkembang ke paradigma kerja baru.
“Ketika berbagai belahan dunia dilanda Covid-19, kehidupan dan pekerjaan berubah dalam sekejap bagi semua orang,” kata Kady Dundas, Head of Marketing, Microsoft Teams, Microsoft Corp.
“Tiba-tiba kami beralih dari bekerja di ruang konferensi di kantor ke ruang keluarga di rumah, dan kini sangat tergantung pada video. Kami sekarang memiliki sekitar 200 juta peserta meeting setiap hari, ini setara dengan 4,1 miliar menit meeting. Poin-poin data tersebut menunjukkan pergerakan yang luar biasa ke kebijakan bekerja jarak jauh.”
Riset Microsoft menemukan berbagai organisasi bisnis memprioritaskan adopsi teknologi untuk memungkinkan lingkungan kerja jarak jauh dan transformasi bisnis secara keseluruhan, tapi perubahan itu tidak didorong teknologi saja.
“Sisi teknologi relatif mudah,” kata Dr Joseph Sweeney, IBRS Advisor and Future of Work Expert. “Ketika COVID-19 mulai menyebar dan semua orang harus mulai bekerja dari rumah, Microsoft Teams adalah aplikasi yang jelas dan alami untuk digunakan. Solusinya sudah ada dan akrab bagi siapa saja yang menggunakan Microsoft Office 365. Penggunaannya langsung meroket. “
Perubahan pola pikir yang drastis berperan mendorong organisasi untuk memikirkan kembali cara-cara bekerja, bagaimana individu, kelompok, dan manajer berinteraksi satu sama lain. Perubahan manajemen juga perlu menyesuaikan dengan pekerjaan new normal ini dan memantau dampak emosional dari perubahan tersebut.
“Sering kali keengganan untuk mengizinkan pekerjaan jarak jauh berkaitan dengan konsep yang sudah ketinggalan zaman tentang perlunya manajer mengelola karyawannya secara langsung. Misalnya, Anda harus bisa ‘melihat’ orang untuk memastikan mereka melakukan pekerjaannya,” kata Sarah Kaine, Associate Professor, Management Discipline Group and Core Member, CBSI – Centre for Business and Social Innovation, University of Technology, Sydney.
Perusahaan harus memperhatikan persepsi baru tentang availability atau jadwal kerja. Menurut Joe Sweeney, IBRS Advisor dan Future of Work Expert, satu respons umum dari para pekerja adalah bekerja lebih keras tanpa henti.
Mereka yang sudah mulai bekerja dari rumah menerima panggilan dari bos mereka hingga larut malam, menggarisbawahi kebutuhan untuk membuat batas-batas untuk komunikasi di luar jam kerja.
Organisasi bisnis perlu menilai kembali bagaimana kinerja dapat diukur. Alat kolaborasi bisa mengukur aktivitas tapi bukan nilai yang diberikan seseorang kepada perusahaan. Organisasi bisnis sekarang menyadari bahwa para “introvert” bisa bekerja dengan baik saat bekerja dari rumah, sedangkan para ekstrovert, yang dulunya “pemain bintang” di kantor, tidak lagi menjadi pusat perhatian.
Penelitian menemukan bahwa hampir setengah (47 persen) orang yang bekerja dari rumah melaporkan gangguan di rumah sebagai tantangan. Organisasi serta manajer dan tim harus ikut membantu para karyawan untuk menciptakan lingkungan yang bebas gangguan tetapi juga lebih fleksibel dalam pengiriman pekerjaan serta berempati dengan tantangan orang untuk bekerja dari rumah.
Saat teknologi menjadi kebutuhan pokok bagi karyawan, pelatihan harus terus dilakukan guna membuka potensi penuh dari perangkat keras dan lunak.
“Adayang menolak perubahan – biasanya para petinggi, karena mereka tidak pernah perlu belajar cara menggunakan teknologi. Mereka selalu memiliki dukungan tim TI di kantor ketika mereka membutuhkannya,” kata Dr. Nitin Paranjape, CEO and Founder, MacOffice Services Private Limited dari India.
Organisasi bisnis juga perlu fokus pada kebijakan dan budaya perusahaan daripada penggunaan teknologi saja. Microsoft Work Trend Index yang dirilis pada bulan April 2020 mencerminkan interaksi manusia secara berkelanjutan – jumlah orang yang menggunakan video pada rapat Microsoft Teams meningkat dua kali lipat dengan bekerja dari rumah.
Selain memungkinkan konferensi video, perusahaan perlu menemukan cara untuk mendorong inovasi, ide kreatif, dan persahabatan untuk membuat karyawan merasa sebagai bagian yang dihargai dalam organisasi.
“Di Indonesia, sekarang sudah biasa melihat anak-anak atau hewan peliharaan tiba-tiba muncul di pertemuan virtual,” kata Wahjudi Purnama, Business Group Lead, Modern Work, Microsoft Indonesia.
“Keluarga sangat penting dan saya percaya kita semua mengakui tantangan-tantangan pada saat bekerja dari rumah. Sebagai perusahaan, kami berusaha untuk berempati untuk kebutuhan karyawan dan berusaha untuk memberikan work-life balance yang baik.”