Riset: Karyawan Lebih Pilih Gaya Kerja Fleksibel
CTI Group bersama iCIO Community menggelar riset bertema “Future of Work”untuk mengetahui model kerja seperti apa yang diharapkan karyawan untuk tetap produktif serta tantangan apa saja yang dihadapi.
Riset ini dilakukan menyusul kondisi pandemi COVID-19 yang mulai terkendali, di Indonesia kebijakan PPKM sudah dicabut dan lingkungan kerja berangsur kembali dari work from home (WFH) menjadi work from office (WFO).
Meskipun begitu ada sebagian kalangan yang justru berharap gaya kerja yang diberlakukan perusahaan tetap fleksibel dengan muncul gaya work from anywhere (WFA).
Riset mengungkap 55 persen karyawan, mengatakan perusahaan mereka saat ini menggunakan model kerja hybrid dan 45 persen lainnya sudah kembali bekerja dari kantor.
Penerapan WFA juga dianggap 50 persen karyawan merasakan produktivitas meningkat dengan penerapan WFA, 40 persen mengaku tidak merasakan perbedaannya saat bekerja di kantor ataupun dimana saja dan hanya 10 persen yang merasa produktivitasnya menurun.
CTI Group bersama iCIO Community menggelar riset ini di bulan November 2022 hingga Januari 2023 melibatkan karyawan dari berbagai industri mulai dari IT, startup, perbankan, layanan kesehatan, pemerintahan, manufaktur, logistik, pendidikan, ritel, minyak & gas hingga konsultan pemasaran.
“Melalui riset ini kami berupaya memahami perspektif karyawan tentang bagaimana model kerja yang diharapkan oleh mereka untuk menjaga dan meningkatkan produktivitasnya untuk menjadi pertimbangan bagi perusahaan dalam mengambil kebijakan terkait model kerja ke depan,” kata Dodi Soewandi Koordinator Divisi Research iCIO Community.
“Temuan terbanyak mengungkap karyawan menganggap model kerja yang lebih fleksibel atau hybrid working adalah yang paling tepat karena selain mereka menjadi jauh lebih produktif, hal ini juga sudah biasa diterapkan oleh perusahaan selama pandemi,” tuturnya.
Sejumlah benefit dari gaya kerja hybrid juga terungkap dari riset ini. Pertama adalah soal penghematan biaya transportasi, dan keseimbangan kehidupan kerja. Temuan kedua adalah hybrid work diyakini mengurangi stres akibat beban pekerjaan.
Riset ini juga menemukan motivasi dari kalangan yang memilih untuk kembali WFO, mulai dari kebutuhan sosialisasi serta networking termasuk meeting tatap muka dan memanfaatkan fasilitas kantor untuk bekerja.
Bagi mereka yang ingin tetap bisa melakukan WFH, para pekerja memiliki sejumlah harapan atas kebijakan perusahaan, misalnya adanya teknologi untuk mengukur produktivitas dengan jelas dan akurat, termasuk pedoman untuk memilih WFH atau WFO.