Startup Kesulitan Cari SDM Artificial Intelligence
Indonesia masih kekurangan sumber daya manusia (SDM) di bidang kecerdasan buatan (Artificial Intelligence)baik secara kuantitas maupun kualitas.
“Sekarang para startup masih kesulitan mencari resources di bidang artificial intelligence yang dibutuhkan industri tersebut,” ungkap Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir dalam siaran pers di Jakarta, Jumat, 29 Maret 2019.
Pernyataan tersebut disampaikan Nasir Menteri Riset, di sela-sela peresmian Tokopedia-UI Artificial Intelligence Center of Excellence (Pusat Unggulan Kecerdasan Buatan) di kampus Universitas Indonesia, Depok. Menurut Nasir, kolaborasi antara Universitas Indonesia dan Tokopedia sebagai salah satu perusahaan startup unicornIndonesia ini merupakan langkah penting untuk melahirkan para ahli kecerdasan buatan di Indonesia.
Bahkan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan perusahaan startup dan industri, baik dalam maupun luar negeri. “Nanti lulusan dari perguruan tinggi, dari Universitas Indonesia bisa langsung dimanfaatkan oleh industri, termasuk dalam hal ini Tokopedia,” imbuh Nasir.
Jika ini dapat dilakukan secara masif, maka Indonesia ke depan tidak akan mengalami kesulitan dalam sumber daya manusia lagi. Nasir juga menekankan pentingnya kolaborasi antara perguruan tinggi dan dunia kerja dan industri.
Perguruan tinggi harus dapat bersinergi dengan dunia industri agar tidak terjadi kesenjangan antara lulusan perguruan tinggi dan kebutuhan di dunia kerja. “Kemenristekdikti mendorong perguruan tinggi ke depan dapat berkolaborasi dengan industri sebagai pengguna. Kalau perguruan tinggi tidak pernah berkolaborasi dengan industri, itu akan mengalami gap yang luar biasa antara lulusan dengan penggunanya nanti,” ungkap mantan rektor terpilih Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ini.
Nasir menyampaikan saat ini perusahaan startup masih membutuhkan banyak tenaga ahli di bidang ilmu komputer dan sistem informasi, lebih spesifiknya dalam kecerdasan buatan. UI diharapkan dapat menjadi salah satu perguruan tinggi yang dapat memenuhi kebutuhan perusahaan startup di masa mendatang.
Menristekdikti mendorong tidak hanya UI dan ITB saja saat ini sudah berkolaborasi dengan “unicorn”membentuk pusat penelitian dan pengembangan artificial intelligence. Tapi perguruan tinggi lainnya juga turut berkompetisi untuk berkolaborasi dengan perusahaan pemula maupun perusahaan besar.
“Kalau bisa tidak hanya dari UI dan ITB saja. Di perguruan tinggi lain juga bisa lakukan hal yang sama, secara massif, secara nasional, supaya bisa dilakukan nilai tambah ekonomi. Tugas pemerintah adalah bagaimana ada investor-inventor collaboration, supaya antara industri dengan peneliti ada kolaborasi,” jelas Nasir.
Dalam kesempatan yang sama Rektor Universitas Indonesia Muhammad Anis menyampaikan perguruan tinggi tidak boleh melihat perkembangan teknologi sebagai hambatan, namun harus dengan adaptif mengikuti perguruan tinggi tersebut melalui kolaborasi dengan industri.
“Kerja sama ini bentuk nyata kerja sama antara industri dengan perguruan tinggi, di mana industri memang yang terdepan untuk menguasai dan mengikuti perkembangan teknologi, dimana perguruan tinggi terdapat banyak pikiran-pikiran untuk menopang penguasaan teknologi tersebut. Itu prinsipnya,” ungkap Anis.
Kepala Pejabat Eksekutif atau Chief Executive Officer (CEO) Tokopedia William Tanuwijaya yang turut hadir pada kesempatan tersebut menyampaikan, di antara perkembangan teknologi yang perlu diantisipasi Indonesia, artificial intelligence akan menjadi dasar bagi perkembangan teknologi di masa depan untuk berbagai lini industri.
“Satu dekade yang lalu semuanya bicara tentang internet. Dua tahun lalu semuanya bicara tentang mobile internet, tahun ini mulai semuanya bicara tentang artificial intelligence. Teknologi itu akan selalu berubah, namun artificial intelligence ini menjadi nadi dari teknologi ke depan, dan itu tidak hanya di industri e-commerce saja, tapi juga di industri lainnya,” ungkap CEO Tokopedia. [dEe]