Telegram dianggap Sebagai Ancaman Oleh Negara

Telegram dianggap Sebagai Ancaman Oleh Negara

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika hari ini mengumumkan telah mematikan akses ke aplikasi pesan instan Telegram. Meski memilik basis pengguna yang cukup banyak, aplikasi ini ternyata sudah dicap kontroversial di negara asalnya, Rusia.

Tingkat enkripsi yang membuatnya sulit dibobol membuat Telegram kian populer. Bahkan, layanan tersebut menjadi aplikasi paling populer di toko aplikasi Rusia dan menjadi bahan diskusi panas di Kremlin.

Kendati demikian, juru bicara Pemimpin Rusia Vladimir Putin hingga pemberitaan media lokal justru mendiskusikan kemungkinan aplikasi ini ditutup. Ada beberapa hal yang membuatnya kontroversial.

Pada tampilannya, Telegram tidak memliki perbedaan dengan aplikasi pesan lain layaknya WhatsApp. Tapi obrolan rahasia Telegram adalah sumber dari banyak popularitas dan juga kontroversinya.
Lihat juga:ISIS Serukan Serangan Teror di Bulan Ramadan via Telegram
Seperti WhatsApp, Telegram menawarkan layanan pesan terenkripsi yang memungkinkan pengguna untuk berkomunikasi tanpa catatan di server perusahaan sendiri. Percakapan rahasianya menggunakan enkripsi end-to-end.

Mereka juga memungkinkan pengguna mengatur waktu untuk menghancurkan pesan yang berkisar dari dua detik hingga satu minggu. Ini artinya, pengirim dan penerima pesan sendiri tidak bisa melihat percakapan lama mereka.

Jurnalis Rusia, Dmitry Kiselyov menyebut Telegram sebagai sistem komunikasi yang semakin lama semakin bertransformasi sebagai alat komunikasi yang aman untuk pelaku terorisme. Aplikasi ini telah banyak digunakan oleh para teroris karena kemampuannya membawa pesan terenkripsi level tinggi.

“Paling aktif, anggota organisasi teroris internasional di wilayah Federasi Rusia menggunakan Telegram yang memberi mereka kemampuan untuk membuat obrolan rahasia dengan enkripsi tingkat tinggi yang membawa informasi,” demikian pernyataan Layanan Keamanan Federal Rusia (FSB) seperti dikuti dari Newsweek.
Lihat juga:AS Masukan Majelis Mujahidin Indonesia dalam Daftar Teroris
Oleh karena itu, Telegram sempat menuai ancaman dari Badan Pengawas Komunikasi Rusia, Roskomnadzor. Lembaga tersebut mengancam bakal melarang Telegram jika tidak mendaftarkan server dengan data pengguna dan percakapan di Rusia. Sebagai tanggapan, Telegram menutup saluran yang dilaporkan sebagai ekstremis.

Sayangnya, mereka tetap kesulitan menghentikan obrolan baru yang muncul dengan konten serupa. Konten hanya bisa dilihat jika ada orang dalam kelompok ekstrimis mengirimkan undangan bergabung ke dalam percakapan.

Telegram tidak hanya digunakan oleh publik tetapi juga untuk menggagalkan aparat penegak hukum yang ingin membaca pesan pribadi orang. Aplikasi ini dibangun oleh pakar-pakar sosial media Rusia yaitu Durov bersaudara.

“Alasan nomor satu saya mendukung dan membantu peluncuran Telegram adalah untuk membangun sarana komunikasi yang tidak dapat diakses oleh badan keamanan Rusia, jadi saya dapat membicarakannya berjam-jam,” Pavel Durov mengatakan kepada Techcrunch pada 2014 lalu.

Bar Durov telah berhadapan dengan pemerintah Rusia jauh sebelum membangun Telegram. Dia pertama kali terkenal sebagai pendiri situs media sosial terpopuler di Rusia, VKontakte, sampai dia harus meninggalkan perusahaan pada 2014.
Lihat juga:Wiranto: Indonesia Siap Bantu Filipina Habisi Basis ISIS
Sebelum meninggalkannya, Durov memicu kemarahan aparat karena menolak untuk menutup beberapa grup VKontakte yang mempromosikan demonstrasi anti-Putin pada 2012. Setelah penjualan saham dan pemecatannya sebagai CEO pada 2014, Durov diketahui meninggalkan Rusia.

Dia memprotes perusahaan yang sepenuhnya berada di bawah kendali salah satu sekutu terdekat Putin, Igor Sechin, dan tokoh internet Alisher Usmanov. Usmanov memiliki hubungan yang jauh lebih bersahabat dengan pihak berwenang daripada Durov.

Sumber : CNN Indonesia

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.