Transaksi Non Tunai Jalan Terus Meski Banyak Tantangan
Transaksi Non Tunai Jalan Terus Meski Banyak Tantangan. Bank Indonesia (BI) mencatat, menuju penerapan 100 persen transaksi non tunai ada beberapa tantangan yang dihadapi, mulai dari aspek teknis, bisnis, hingga mengubah perilaku transaksi masyarakat. Namun demikian, perbankan dengan pasti terus mendorong penerapan transaksi non tunai tersebut.
“Selain pencapaian aspek finansial, sepanjang tahun 2017 Bank DKI terus mendorong penerapan transaksi non tunai, termasuk di antaranya penerapan transaksi non tunai di lingkup Pemerintah Provinsi DKI Jakarta,” kata Direktur Utama Bank DKI Kresno Sediarsi dalam keterangan pers di Jakarta, Rabu 25 Oktober 2017.
Dalam penerapan transaksi non tunai, menurut Kresno, per September 2017 tercatat 811 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) DKI Jakarta sudah menggunakan Cash Management System.
Bank DKI juga, ujar dia, mendukung transaksi non tunai Pemprov DKI Jakarta melalui sistem Jakarta One, antara lain e-Retribusi, penyaluran transaksi untuk subsidi pangan dan subsidi transportasi untuk pemegang Kartu Jakarta Pintar, Pajak Kendaraan Bermotor, e-Samsat, e-Ticketing, e-Parking, dan lain sebagainya.
Dari aspek teknis, sistem pembayaran selama ini belum interkoneksi dan interoperabilitas. Sehingga diperlukan integrasi aplikasi uang elektronik dalam satu reader yang disebut SAM Multiapplet. Selain itu, proses transaksi dan peran para pihak juga tidak terstandarisasi.
Disebutkan, keberhasilan Bank DKI mendukung penerapan transaksi non tunai di Pemprov DKI Jakarta merupakan implementasi dari Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 910/1866/51-2017 tentang implementasi Transaksi Non Tunai pada Pemerintah Provinsi, pemerintah kabupaten dan kota pada tanggal 17 April 2017.
Saat ini 8 Bank Pembangunan Daerah sudah menandatangani kesepakatan bersama dengan Bank DKI untuk menerapkan transaksi non tunai dilingkup Pemprov masing-masing. Bank DKI juga terus mendukung transaksi non tunai untuk warga DKI Jakarta melalui produk-produk non tunai seperti JakCard, JakMobile, dan JakOneMobile.
Tentang kinerja keuangan, Bank DKI di kuartal ketiga 2017 tercatat mengalami peningkatan signifikan. Salah satu indikatornya meningkatnya Dana Pihak Ketiga Bank DKI per September 2017 yang tumbuh 39,76 persen dari Rp 29,60 triliun per September 2016 menjadi Rp 41,37 triliun per September 2017.
“Peningkatan dana pihak ketiga ini didorong oleh peningkatan aktivitas pengembangan produk dan layanan terutama produk-produk digital banking yang terus didorong Bank DKI,” kata Kresno Sediarsi.
Peningkatan DPK yang signifikan tersebut, lanjut Kresno, utamanya didorong oleh peningkatan Giro yang mengalami lesatan pertumbuhan 36,79 persen dari Rp 7,63 triliun per September 2016 menjadi Rp10,44 triliun per September 2017. DPK lainya, deposito juga tumbuh pesat sebesar 51,46 persen dari Rp 16,04 triliun per September 2016 menjadi Rp 24,29 triliun per September 2017, didorong oleh pertumbuhan deposan baru baik individu maupun korporasi. “Hal ini menandakan kepercayaan terhadap yang semakin meningkat,” ujarnya.
Adapun tabungan tercatat mengalami peningkatan sebesar 11,92 persen dari Rp 5,93 triliun per September 2016 menjadi Rp 6,64 triliun per September 2017. Pertumbuhan tabungan didorong oleh sejumlah inovasi yang memudahkan nasabah melakukan transaksi perbankan seperti pembayaran E-Samsat (Pajak Kendaraan Bermotor), PBB dengan menggunakan ATM dan aplikasi JakMobile, serta aplikasi tabungan Bank DKI JakOne Mobile yang semakin memudahkan nasabah untuk bertransaksi secara less cash dengan penerapan fitur QR (Quick Response).
Perkembangan Dana Pihak Ketiga ini turut menopang pertumbuhan total asset Bank DKI yang mengalami kenaikan sebesar 28,36 persen dari Rp 41,35 triliun per September 2016 menjadi Rp 53,08 triliun per September 2017. Sedangkan untuk penyaluran kredit mulai menunjukkan pertumbuhan dari Rp 24,56 triliun per September 2016 menjadi Rp 25,59 triliun per September 2017.
Upaya perbaikan kualitas aset telah menunjukkan hasil yang cukup baik ditandai dengan rasio NPL gross per September 2017 yang tercatat sebesar 4,74 persen dari sebelumnya 7,60% per September 2016, sedangkan NPL Nett mencapai 2,94% per September 2017.
Membaiknya rasio NPL didorong upaya penagihan kredit secara intensif, lelang eksekusi, pengambilalihan agunan, restrukturisasi kredit, dan hapus buku. Bank DKI juga melakukan perbaikan proses kredit untuk memastikan penyaluran kredit baru dilakukan secara prudent.
Laba bersih Bank DKI tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 10,79 persen dari Rp 472 miliar per September 2016 menjadi Rp 524 miliar per September 2017. Pertumbuhan laba ini lebih didorong oleh adanya peningkatan fee based income yang meningkat 7,3 persen (YoY) dan bersumber dari fee ATM, dan transaksi produk digital banking seperti JakCard dan JakMobile. Pertumbuhan laba juga didorong oleh menurunnya beban CKPN seiring dengan membaiknya kualitas kredit.
Demikian informasi mengenai Transaksi Non Tunai Jalan Terus Meski Banyak Tantangan, semoga bermanfaat.