Warung Pintar dan BukuWarung Kerja Sama Percepat Digitalisasi UMKM
Warung Pintar dan BukuWarung mengumumkan kemitraan untuk menciptakan ekosistem kolaboratif solusi yang berfokus pada digitalisasi sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Kedua startup lokal Indonesia akan bekerja sama mengembangkan solusi digital yang dapat mengakomodasi kebutuhan spesifik UMKM domestik, atau warung, dimulai dengan fasilitas pembukuan dan pemenuhan stok digital.
Didorong oleh kebutuhan untuk memberdayakan sektor UMKM, pemerintah Indonesia menargetkan untuk membantu 10 juta UMKM melakukan transformasi digital pada akhir tahun 2020 .https://secureframe.doubleclick.net/container.html?ecs=20201103
Demi lebih mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing UMKM Indonesia, terutama dengan kondisi negara yang sekarang dalam fase pemulihan ekonomi, Warung Pintar dan BukuWarung bekerja sama untuk membantu mengisi kesenjangan digitalisasi yang belum terpenuhi dan masih terus dihadapi UMKM Indonesia.
Pandemi Covid-19 telah mempercepat kebutuhan akan adopsi teknologi secara nasional, mendorong lebih banyak UMKM untuk mengembangkan bisnisnya secara online. Kolaborasi ini juga akan meningkatkan akses end-to-end untuk 60 juta UMKM Indonesia yang ingin memulai adopsi digital di tengah perkembangan ekonomi digital Indonesia, yang diperkirakan akan mencapai USD150 miliar pada tahun 2025.
Pemilik toko yang terdaftar di BukuWarung akan mendapatkan keuntungan dari kapabilitas rantai pasok yang kuat di Warung Pintar, sehingga mempermudah pemenuhan barang dengan harga grosir yang kompetitif serta pengiriman barang yang tepat waktu.
Sementara itu, pedagang yang terdaftar di Warung Pintar akan mendapatkan pemberitaan tentang solusi pembukuan digital BukuWarung, yang telah disesuaikan secara khusus dengan pengalaman pengguna pemilik UMKM yang menggunakan entry-level smartphone dan juga tidak memiliki akses ke data internet yang berkualitas.
Sebagai ekonomi terbesar ke-16 di dunia dan terbesar di Asia Tenggara menurut PDB , Indonesia ditopang oleh sektor UMKM-nya, yang jumlahnya mencapai 95 persen dari semua perusahaan nasional, mempekerjakan 99,8 persen angkatan kerja, dan berkontribusi lebih dari 60 persen untuk pendapatan negara.
Meskipun mereka adalah tulang punggung perekonomian Indonesia, UMKM telah menghadapi tantangan yang sudah lama dihadapi saat mengakses produk perangkat lunak sebagai solusi digital (SaaS) yang sesuai dengan kebutuhan spesifik mereka, yang kemudian dapat membantu mereka mengikuti upaya digitalisasi nasional di seluruh negeri.
Sebagian besar pemilik usaha tidak memiliki smartphone canggih yang dapat menjalankan solusi digital yang ada di pasaran saat ini. Untuk urusan operasional seperti akuntansi, pemilik bisnis terus bergantung pada pena dan laporan buku besar, mengakibatkan pembukuan yang salah dan tidak efisien yang memakan waktu hampir 8-10 jam per minggu.
Kurangnya data keuangan berdampak pada visibilitas keuangan UMKM dan akses ke kredit dan merupakan faktor penghambat ekonomi yang signifikan, karena riset menemukan kesenjangan kredit sebesar USD 54 Miliar pada tahun 2020, yang disebabkan oleh 74 persen UMKM yang tidak memiliki akses ke kredit.
“Kami ingin menciptakan solusi yang secara signifikan meningkatkan produktivitas dengan memungkinkan akses ke rantai pasokan yang adil dan transparan yang secara digital mengubah, tidak hanya warung tetapi juga seluruh ekosistem UMKM. Upaya transformasi ini tidak bisa dilakukan sendiri,” kata Agung Bezharie, CEO dan Co-Founder, Warung Pintar.
Sejak Januari 2020, jumlah UMKM yang terdaftar di Warung Pintar diklaim meningkat 10 kali lipan, dan pertumbuhan ini diharapkan terus berlanjut seiring dengan rencana untuk memperluas jangkauannya ke seluruh kota besar dan kabupaten di seluruh Jawa pada akhir tahun ini.
BukuWarung didirikan oleh Chinmay Chauhan dan Abhinay Peddisetty pada tahun 2019, keduanya telah bekerja sama dengan perusahaan internet bernilai miliaran dolar AS seperti Grab dan Carousell, yang beroperasi di Asia Tenggara. Ide di balik BukuWarung muncul setelah salah satu pendiri menyadari bahwa tantangan UMKM Indonesia mirip dengan pengalaman pribadi mereka.
Chinmay dan Abhinay tumbuh dalam keluarga pedagang mikro dan telah menyaksikan bagaimana pertumbuhan UMKM terhambat oleh pemilik yang mengandalkan metode tradisional untuk menjalankan operasi sehari-hari.